"Aku mencintaimu, Hinata.."
Manik amethyst itu membola, masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Jadi apakah ini bahagia yang telah ia nantikan?
Apakah ini bayaran untuk rasa sabarnya selama ini? Apakah ini kebahagian Tuhan yang telah ia janjikan?
"Hinata."
"Kenapa?"
"Kenapa?" Kembali menanyakan hal yang sama, Naruto tidak mengerti tentang apa yang Hinata tanyakan.
"Kenapa setelah semuanya, baru kali ini kau mengatakannya Naruto-kun.. bahkan jika memang cintaku tidak pernah hilang untuk dirimu tapi rasanya aku belum bisa menerima apa yang kamu ucapkan sebelumnya"
Pria itu tersenyum, ia sudah menduga bahwa tanggapan Hinata akan seperti yang terlihat saat ini.
"Tidak masalah jika sekarang kau belum percaya, tapi ku mohon jangan melarangku untuk terus menujukan bahwa aku mencintaimu, Hinata"
Wanita itu kembali menggerakan sendok berputar searah jarum jam, lalu senyum muncul di wajah cantiknya.
"Kalau begitu, terimakasih telah mencintai wanita payah ini Naruto-kun"
Lalu meminum susu yang telah ia buat sebelumnya hingga tandas, membuat Naruto tidak dapat mengalihkan padangannya dari Hinata.
"Jadi berapa umurnya sekarang?" Tanya Naruto kepada sang wanita.
"Sudah lima minggu Naruto-kun."
"Kapan jadwal kau periksa?"
"Lusa."
"Aku yang akan mengantarkan dirimu."
Wanita itu lalu berjalan menjauh dari Naruto hendak mencuci gelas yang sebelumnya ia pakai untuk membuat susu.
"Apakah tidak merepotkan?"
"Kau bicara apa Hinata.. kau adalah istriku."
Senyum muncul di wajah cantiknya namun Naruto tidak dapat melihatnya.
"Baiklah kalau begitu, aku tidak akan menolak."
"Hinata.."
Wanita itu telah selesai mencuci gelas lalu segera mengelap tangan basahnya dengan serbet yang tersedia di sana.
"Yaa.."
"Ijinkan aku memulainya lagi dari awal.."
Wanita itu menatap Naruto "a-apa maksudnya Naruto-kun?"
"Hyuuga Hinata.. menikahlah denganku.." lalu berjalan menuju sang wanita "terimakasih telah bersedia menikah denganku dan sudah begitu sabar menjadi istriku.."
Menggenggam tangan sang wanita "terimakasih telah mengandung anak ku.. anak kita. Terimakasih telah menjadi wanita terhebat dalam hidupku.. terimakasih telah mencintai pria bodoh ini.."
"Terimakasih telah memberiku kesempatan."
Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata, Naruto mengecup kening Hinata beberapa detik. Kecupan singkat namun membekas.
"Terimakasih telah menerima cinta yang tidak sempurna dari diriku.. terimakasih Hinata."
Bulir air mata lolos dari manik indah sang wanita, ia tidak mengerti mengapa secepat itu perasaan Naruto berubah. Apakah sudah boleh bahagia?
"Jangan menangis Hinata" ucapnya lalu menghampus bulir air mata milik Hinata dengan ibu jarinya.
"Mata ini sudah cukup banyak mengeluarkan air mata untuk pria seperti diriku, kali ini saja aku ingin mengubahnya menjadi senyuman.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...