"Gaara-kun?"
Pria itu menoleh ke arah sumber suara, lalu tersenyum begitu manis.
"Apakah kau merindukan ku Hinata?"
"Bukankah Gaara-kun sedang mengurus perusahaan yang berada di luar negeri?"
Pria itu mengangguk "benar, tapi sudah selesai dan aku merindukan teman ku.. aku merindukanmu Hinata, juga bayi kecil di dalam sana." ucap Gaara lalu melirik ke arah bagian perut sang wanita.
"Berhenti memperhatikan istriku sialan!"
Menoleh ke arah Naruto, menatapnya tidak suka "kau bilang apa?"
"Berhenti melihat Hinata. Dia istriku!"
"Na-naruto-kun.."
Seketika tawa Gaara menggema di ruangan Kafe, beberapa orang yang berada disana langsung melirik ke arah meja mereka.
"Kau lucu.. lucu sekali.." masih terus mengatur tawanya, Gaara lalu menatap Naruto dengan tajam.
"Bukankah kau dulu yang menawarkan Hinata kepada ku?"
Bagai petir tanpa hujan, perkataan Gaara membuat Naruto naik pitam. Entah karena ucapannya benar atau karena Naruto tidak ingin mengungkit kejadian itu lagi.
"Kau lupa? Kau bahkan bersenang-senang dengan wanita jalang, sedangkan istrimu tergeletak tak berdaya di kamarnya. Menutup rasa takutnya seorang diri, takut akan di jual oleh suaminya sendiri."
"Diam!" Ucap Naruto menatap Gaara.
Hinata yang berada di sana bingung harus berbuat apa, ia tidak ingin ada keributan yang terjadi di tempat ini dan menjadi tontonan beberapa orang yang berada di Kafe.
"Berhenti Gaara-kun.. ku mohon.."
Naruto yang melihat ekspresi dari wajah Hinata lalu berdiri, berjalan ke arah Gaara.
"Mari bicara di luar." Masih terus berdiri menunggu pergerakan dari Gaara, Naruto tidak ingin meninggalkan Hinata bersama pria bersurai maroon yang tak lain adalah temannya.
Sudut bibir pria bersurai maroon itu terangkat, merasa mendapatkan apa yang ia tuju.
"Hinata.. tunggu aku—"
"Jangan berani-berani menyentuh istriku!" Ucap Naruto penuh penekanan masih terus menggenggam lengan Gaara.
Gaara memang berniat membelai surai milik wanita yang masih terus menatap dirinya juga Naruto.
"Kau sensitif sekali Naruto.. ada apa ini? Sandiwara mu terlalu jauh."
"Ke-lu-ar!"
Lalu pria bersurai kuning itu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar yang juga di ikuti oleh Gaara.
Hinata tidak dapat melakukan apapun, ia takut sangat takut ketika melihat ekspresi yang ada pada wajah Naruto. Ia tidak ingin membuat Naruto benci lagi kepada dirinya.
Apa yang harus aku lakukan, Kami-sama ku mohon jangan ambil bahagia ku..
.
.
."Mau sejauh apa?"
Menghentikan langkahnya, lalu Naruto berbalik menghandap Gaara.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku? Bukan kah kau sudah tahu apa yang ku inginkan?"
"Jangan dekati Hinata lagi."
Tawa renyah terdengar dari bibir berwarna peach milik pria bersurai maroon di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...