Naruto yang sebelumnya terus menatap kosong pada benda di hadapannya harus tersentak kala tepukan kecil membuyarkan lamunannya.
Ia melihat Hinata juga Sasuke telah kembali dari taman yang berada di kediaman Uzumaki.
"Tidak tergores sedikitpun." Ucap Sasuke lalu kembali duduk pada kursinya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto kepada Hinata tanpa sedikitpun memperdulikan Sasuke yang terus menatap mereka.
Wanita itu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum begitu manis ke arah sang suami.
"Aku tidak apa-apa Naruto-kun, bahkan aku tidak ada satu jam berada di taman rumah."
"Kau kan tahu aku tidak bisa jauh darimu walau hanya sedetik."
"Aku semakin ingin muntah mendengarnya." Ucap Sasuke lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa? Kau sirik? Kau harusnya sadar bahwa Hinata dan aku saling mencintai, jadi cepat batalkan perjanjian bodoh itu."
Sudut bibir Sasuke terangkat. "Lucu mendengar orang bodoh mengatakan kata bodoh dari mulutnya sendiri."
"Teme!"
"Berhenti Naruto-kun.."
"Hinata—"
"Sasuke-kun ku mohon jangan terus menggoda Naruto-kun.."
Pria bermanik onyx itu tidak mengatakan apapun namun kali ini ia akan diam, tanda mengabulkan permohonan dari Hinata.
"Kenapa harus memohon kepada pria seperti dia."
"Naruto-kun ini bukan saatnya.. ma-maaf jika kau tidak suka, tapi jika ayah dan ibu tahu jika kalian terus ribut nanti akan semakin rumit."
"Terserah kau saja." Ucap Naruto.
Hinata sepertinya paham bahwa Naruto sedang marah atau lebih tepatnya pria bersurai kuning itu sedang dalam fase ngambek.
Sasuke yang melihat tingkah Naruto sungguh dibuat muak. Pria bermanik onyx itu lalu menatap lurus ke depan.
"Ibu." Ucap Sasuke lalu menegapkan duduknya.
"Kalian masih di sini rupanya.." ucap Kushina lalu kembali duduk pada kursinya semula. Begitu juga dengan Minato, Fugaku, juga Mikoto mereka pun telah duduk di kursinya masing-masing.
"Naruto.." ucap Minato menatap ke arah sang putra.
"Tentang Hinata ka—"
"Aku sudah bilang aku tidak akan menceraikan Hinata ayah, aku mencintainya."
Minato menarik napas lelah, bahkan Mikoto terlihat sedikit kesal meskipun senyuman tidak luntur dari wajahnya.
"Dengarkan dulu.."
"Apa yang harus aku dengarkan jika kalian memaksa kami untuk bercerai."
"Kami tidak pernah memaksa.." ucap Kushina menatap Naruto "kau yang menyetujuinya waktu itu."
Menundukkn kepalanya sebentar lalu kembali menatap beberapa mata yang masih terus menatapnya.
"Itu dulu, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan.. meskipun nyatanya kesalahanku sangat sulit untuk dimaafkan, tapi ku mohon.. aku tidak ingin kehilangan Hinata juga putra ku.. jika ini tentang perusahaan maka aku akan memberikan beberapa saham ku untuk perusahaan Uchiha, paman Fu.." menatap ibu dan ayahnya bergantian. "Tapi ku mohon jangan pisahkan aku dengan Hinata juga anak ku."
Sasuke yang melihat Naruto terus bersikeras, akhirnya memutuskan untuk mengajak Naruto berbicara hanya berdua dengan dirinya.
"Biarkan aku yang mejelaskannya kepada si bodoh ini." Ucap Sasuke lalu berdiri dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...