Manik indah milik sang wanita mulai memancarkan keindahannya, nyatanya terus dimanjakan oleh sang suami adalah kebahagian yang tak akan pernah bisa tergantikan.
"Mau kemana?" Tanya Naruto kala melihat Hinata ingin turun dari ranjang.
"Memasak sarapan, ini sudah pagi Naruto-kun"
"Banyak maid Hinata.. ingat kau tidak boleh terlalu lelah."
"Tapi inikan hanya memasak Naruto-kun."
"Aku tidak suka dibantah."
"Ba-baiklah Naruto-kun"
Melihat ekspresi wajah Hinata yang sedikit murung membuat Naruto merasa bersalah.
"Bagaimana kalau kita berjemur di balkon?"
Hinata masih diam tidak menjawab ajakan dari sang suami, Naruto yang melihat itu sedikit takut pasalnya dirinya tidak ingin membuat Hinata ngambek.
"Kalau kau tidak mau, tidak apa.. lagi pula aku akan menghubungi ibu dan ayah sendiri saja." Ucap sang pria kala sudah berjalan menuju balkon kamar miliknya.
Hinata yang mendengar itu segera saja bangkit dari posisinya, bergerak dengan cepat menerjang tubuh sang pria.
"Heii.. hati-hati Hinata kau lupa sedang mengandung?"
Wanita itu tersenyum, masih dalam pelukan Naruto.
"Aku ingin melihat ibu Naruto-kun."
"Mudah sekali membujuk dirimu ternyata yaa.."
Bibir mungil itu lalu melengkung kebawah "aku masih kesal, jadi Naruto-kun tidak usah dekat-dekat nanti.. i-ini hanya karena aku ingin melihat ibu dan ayah.. iya betul hanya karena itu."
Kekehan kecil terdengar dari sang pria, lalu tangan kekar itu semakin mengeratkan pelukan pada wanita yang bahkan juga masih memeluk dirinya.
"Baiklah nyonya Uzumaki.."
"Uumm.. Naruto-kun.."
"Kenapa?"
"Kenapa kemarin kau sangat kesal?"
"Dengan doktermu?"
"I-iya.."
"Aku tidak suka dengannya.."
"Tapi bukankah dia adik kelas—"
"Iya aku tahu.. tapi dia menyebalkan.."
Flashback On
"Dan lagi kenapa harus dia.."
Pria yang memakai jas dokter berwarna putih itu lalu berdiri dari duduknya, tersenyum begitu manis ke arah Naruto.
"Baru pertama kali mengantarkan istrimu, tapi kau sudah mau membuat masalah, eh?"
Naruto masih terus menatap tajam pria yang juga menatapnya.
"Nyonya Hinata adalah pasienku, ibumu yang mempercayainya kepada ku.. lagi pula nyonya Hinata juga tidak merasa keberatan."
"Kalau aku tahu dokter kandungan istriku adalah dirimu, aku akan mengatakan kepada ibu untuk mencari dokter lain saja"
Pria itu terkekeh, lalu berjalan menuju ke arah Naruto.
"Tidak punya sopan santun. Lagi pula aku adalah dokter kandungan terbaik di kota ini."
"Terbaik tidak selalu menjadi yang nomor satu."
Hinata yang melihat interaksi antar dua pria di hadapannya hanya mampu bungkam, ia tidak tahu menahu tentang masalah apa yang pernah kedua pria itu alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...