🥀 (21)

1.1K 130 6
                                    

Masih terus terduduk memandang langit kosong diatasnya. Apakah hari ini bintang tidak ingin menunjukan keindahannya?

"Hinata"

"I-iya"

"Apakah anak yang ada didalam kandunganmu baik-baik saja?"

Wanita itu tersenyum "sepertinya baik-baik saja, dan dia juga anak yang penurut"

Pria itu lalu menyandarkan bahunya pada kursi. Menatap langit kelam diatasnya.

"Kenapa menghindar dariku?"

Wanita itu menggeleng dengan cepat. Bukankah tindakannya sudah benar, jika memang Naruto ingin berpisah darinya Hinata memang harus menjauhi Naruto.

"Aku benci mengatakan ini.."

Wanita itu menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Rumah terasa hampa jika kau tidak disana, Hinata"

Manik amethyst itu membola, ia seperti merasakan angin segar menerpa hatinya yang gersang.

"A-apa?"

"Katakan pada ibu jika kau ingin kembali kesana"

Menundukan kepalanya, Hinata ingin tapi tidak bisa "tapi Naruto-kun sudah memutuskan untuk berpisah, bukankah seharusnya yang ku lakukan sudah benar?"

Mengusap kasar wajah tampannya.

Seharusnya memang seperti itu. Tapi..

"Aku akan membatalkan perceraian itu"

° ° °

Beberapa pasang mata masih terus memandang satu sama lain, mereka semua terduduk dikursinya masing-masing.

Pagi ini kediaman keluarga Uzumaki sedikit berbeda dari biasanya. Naruto benar-benar mengatakan kepada sang ibu bahwa dirinya ingin membatalkan perceraiannya dengan Hinata.

"Ada apa ini? Kenapa cepat sekali?"

Wanita paruh baya itu terus menatap bergantian kepada dua insan yang masih terduduk memandang dirinya.

Pasalnya ini bahkan terlalu cepat untuk seorang Naruto berubah pikiran.

Apakah ada yang sedang Naruto rencanakan.

Shora juga Genma berada disana, pembahasan antara keluarga sedang dilakukan. Jadi apakah ini langkah yang baik untuk Naruto?

"Aku ingin membatalkan perceraian itu bu."

"Kenapa?" Tanya Minato

"Tidak ada alasan apapun."

Kushina menarik napas lelah "kalau begitu akupun tidak punya alasan untuk membatalkannya."

Manik safir itu membola menatap tajam kearah wanita yang selama ini mengurusnya dengan kasih sayang.

"Bu.."

"Aku butuh alasan yang kuat untuk ini, aku tidak ingin yang dulu terulang.. apalagi Hinata sedang mengandung cucuku, walaupun kau tidak mengakuinya" ucap Kushina menatap Naruto.

Menarik napas panjang, Naruto sungguh bingung harus menjelaskan seperti apa perasaan yang saat ini ia rasakan.

"Bu ak—"

"Kau tahu? Kecelakaan itu nyata."

Manik safir itu membola, terasa sesak dibagian dada. Apakah sudah saatnya Naruto tahu tentang fakta yang berkaitan dengan mimpinya setiap malam.

"Saat itu umurmu sekitar tiga tahun, aku dan dirimu baru selesai mengantarkan Shora ke sekolahnya.. aku tidak tahu pasti, tapi saat itu rem tidak berfungsi dengan baik.."

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang