🥀 (16)

1K 133 22
                                    

Pria bermata onyx itu masih terus menatap dalam wanita disebelahnya. Terus mencerna apa yang telah Hinata ucapkan.

"Kau tahu Sasuke-kun? Bahkan rindu yang sangat kecil mampu menimbulkan masalah yang sangat besar."

Senyum muncul diwajah cantiknya.

"kami para wanita sedikit susah mengungkapkan bahwa kami rindu, bukan tidak ingin memulai.. hanya saja kami takut ucapan itu akan mengganggu beberapa hal yang sedang kalian lakukan."

"Rindu itu sangat menyiksa, tapi beberapa wanita mampu memendamnya begitu kuat.. tapi kami lupa, kami punya batas dan ketika sudah tidak mampu menampung rindu yang ada maka hanya air mata yang dapat mengungkapkan betapa kami sangat merindukan seseorang yang berarti dalam hidup kami."

Terkekeh kecil, Hinata seperti sedang mengungkapkan isi hatinya. Beberapa hari ini ia selalu merengek kepada Kushina untuk pulang kerumah dan tinggal bersama Naruto, dan sekarang ia paham dengan apa yang ia rasakan beberapa hari lalu.

Yaa.. Hinata merindukan Naruto.

"Sasuke-kun tidak berencana untuk menemuinya?"

Pria itu bungkam, tidak dapat menjawab apapun yang Hinata ungkapkan.

"Aku tahu perjanjian yang ibu buat dengan bibi Mikoto, aku tahu apa yang ibu lakukan adalah sesuatu yang baik untuk ku.. tapi ibu tidak tahu, apakah nantinya itu akan benar-benar baik untuk aku dan anak yang sedang aku kandung saat ini"

"Hinata.."

"Sasuke-kun, kau harusnya bertemu dengan Sakura-san.. dia pasti berharap kau memperjuangkannya"

"Lalu bagaimana dengan dirimu?"

Hinata menoleh ke arah Sasuke.

"Aku?"

Pria itu mengangguk, lalu menyandarkan kembali bahunya pada sandaran sofa.

"Apakah kau berharap Naruto berjuang untuk kalian?"

Senyum muncul diwajah cantik sang wanita.

"Tentu saja, aku selalu berdoa agar Naruto-kun bisa menerima diriku dan juga dia. Anak kami"

"Bagaimana jika hanya sia-sia? Harapan yang kau lambungkan hanya akan menjadi sia-sia"

"Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini Sasuke-kun.. bahkan ketika kita menyerah dengan keadaan, semua usaha kita dimasalalu bukanlah hal sia-sia"

Sasuke tersenyum begitu lembut, lalu menepuk lembut punggung tangan Hinata.

"Bagaimana mungkin sibodoh itu membuang dirimu yang begitu sempurna.."

Menatap pada wanita yang masih terus tersenyum menundukan kepalanya.

"Jika aku menyusulnya dan hanya kekecewaan yang aku dapatkan.. jika nyatanya harapan yang kau lambungkan itu hilang dengan rasa sakit yang dia berikan. Apakah kau ingin menyetujui apa yang sudah bibi dan ibu ku sepakati?"

"Jika memang harus.. jika memang itulah yang terbaik, mungkin saja tidak masalah"

"Tapi Hinata.."

"Apakah kau yakin?"

Wanita itu tersenyum lalu mengepal tangannya perlahan.

"Sesakit apapun perlakuan yang ia terima, jika memang sudah mencintai satu pria.. bahkan walaupun wanita itu sudah memiliki pria lain, bayangan pria yang masih ia cintai tidak akan pernah hilang, Sasuke-kun"

"Sepertinya itu memang benar."

Tak dapat mengatakan apapun lagi, mereka sama-sama bungkam. Bertikai dengan isi pikiran milik mereka masing-masing.

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang