Tiga hari telah berlalu, hari dimana semuanya terungkap. Hari dimana masalalu yang membuat Naruto menjadi sadar dan membuat Hinata menjadi tahu bahwa memang jika bukan karena orang tuanya ia tidak akan berada di rumah besar ini.
Hinata masih tidak ingin berbicara kepada Naruto, bahkan dengan Kushina hanya sebatasnya saja. Entah apa yang terjadi namun kenyataan yang mengungkapkan bahwa memang apa yang Kushina lakukan tidak lebih dari hanya sekedar hutang budi.
Shora telah kembali menuju Belanda kemarin, tugasnya sudah menanti dan ia juga tidak bisa meninggalkan sang anak lebih lama lagi, Shora mengatakan kepada Hinata dan berjanji akan membawa Keyno saat anak dalam kandungan Hinata telah lahir.
"Hinata."
Suara bariton itu memanggil namanya dari luar ruangan. Hinata enggan keluar dari kamarnya sedari pagi, ia bahkan tidak menyentuh sarapannya. Membuat Naruto semakin khawatir.
"Hinata, keluarlah.. kau harus makan"
Terdengar suara kunci terbuka, senyum muncul diwajah tampan sang pria.
"Hinata."
Wanita itu tidak menjawab panggilan Naruto membuat sang pria harus menghembuskan napas lelahnya.
Terus berjalan tanpa melihat wajah sang pria, Hinata benar-benar belum bisa menerima ini semua.
"Hinata, maafkan ak—"
"Berhentilah meminta maaf Naruto-kun"
"Tapi.."
"Ayah dan ibu ku pasti sudah memaafkan dirimu."
"Bagaimana denganmu?"
Wanita itu menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Naruto.
"Akupun begitu."
Senyum muncul diwajah tampan sang pria.
"Hinata."
"Hmmm.."
"Apakah rasa cinta itu telah menghilang?"
Kembali menghentikan langkahnya. Kali ini tidak berbalik, senyum terpancar dari wajah cantik Hinata namun Naruto tidak tahu akan hal itu.
"Masih akan terus ada."
Tapi..
"Naruto-kun.."
"Yaa.." senyum terus terpancar diwajah tampan Naruto, nyatanya mendengar Hinata masih mencintai dirinya adalah kenyataan yang sungguh indah.
"Jika kau mencintaiku hanya karena balas budi.. aku tidak butuh itu."
° ° °
"Hinata.."
Wanita itu menoleh ke arah sumber suara, malam kelam selalu menemani kesendiriannya. Bahkan beberapa hari ini bintang enggan menampakan dirinya menemani rembulan.
"Bolehkan ayah duduk disini?"
Senyum muncul di wajah cantik Hinata "silahkan ayah."
"Kenapa?" Ucap Minato lalu mendudukkan dirinya disamping Hinata.
"Kenapa?" Kembali menanyakan hal yang sama dengan Minato "kenapa harus aku? Itulah yang aku pikirkan saat diriku merasakan mendapatkan kebahagian."
"Aku berpikir, apakah aku adalah wanita paling beruntung? Saat aku harus kehilangan kedua orang tuaku.. tidak lama setelah itu ibu datang menawarkan segalanya untukku."
Menundukan kepalanya "bukannya aku tidak mau merasa bersyukur, tapi jika memang ini semua karena hutang budi ataupun balas budi bukan kah aku tidak pantas mendapatkannya ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...