🥀 (33)

617 89 2
                                    

Lima bulan telah berlalu, dan kehamilan Hinata sudah menginjak di minggu ke 25 Naruto yang semakin menjadi suami siaga tidak ingin berada jauh dari sang istri tercinta.

Sesekali Gaara datang ke rumah mereka hanya untuk sekedar melihat Hinata juga membicarakan kelanjutan kerjasama antara perusahaan miliknya dengan perusahaan milik Naruto.

Kushina dan Minato harus mundur dari janjinya yang mengatakan hanya akan berada di luar negeri dalam satu bulan saja. Project yang sedang Minato jalani ternyata lebih rumit dari apa yang mereka pikirkan, membuat kedua mertua Hinata harus menunda kepulangannya menuju Jepang.

"Sudah makan?"

Wanita itu mengangguk, lalu menatap pria yang terus berdiri di hadapannya "Naruto-kun kenapa sudah pulang?"

"Rapatnya berjalan dengan lancar, Gaara menyuruhku untuk pulang lebih dulu sebelum rapatnya selesai.. tapi kau tidak perlu khawatir semuanya aman terkendali."

"Benarkah?"

Pria itu mengangguk, lalu membuka jas yang sebelumnya ia kenakan.

"Nanti malam mau makan apa?" Tanya sang pria kepada wanita yang masih sibuk dengan rajutannya.

"Apa saja, Naruto-kun mau makan apa?"

"Ikut kau saja."

"Kalau aku mau makan ramen?"

"Aku juga makan."

"Aku makan daging?"

"Aku juga makan seperti yang kau makan."

"Aku makan sayur?"

"Aku makan ramen dan daging saja Hinata."

Mendengus lalu memukul pelan lengan sang pria, Hinata sungguh gemas dengan suaminya.

"Tidak sehati."

"Eits.. siapa bilang?"

Menoleh kepada Naruto.

"Kau kan makan sayur, aku makan protein juga karbo nya.. seimbang berarti sehati." Lalu terkekeh dan mengacak surai milik Hinata.

"Terserah Naruto-kun saja, tapi kalau Naruto-kun makan ramen.. Naruto-kun harus tidur di luar."

"Kau yakin?"

Mengangguk dengan mantap.

"Yakin?" Ucap Naruto dan seketika mendekatkan wajahnya dengan wajah Hinata.

Kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap, Hinata lalu meniup pelan wajah Naruto berharap dengan begitu sang pria akan menjauh.

Namun alih-alih menjauh kecupan kecil mendarat di bibir semerah cherry milik sang wanita membuat Hinata membolakan maniknya.

"Naruto-kun bau."

"Hah? Kau serius?"

Kepala Hinata mengangguk tanda mengiyakan.

"Bau keringat."

Menampakan senyuman yang begitu khas, wajah tampan itu lalu sedikit mendekat ke arah Hinata.

"Lebih baik bau keringat atau bau parfum wanita?"

"Lebih baik nanti Naruto-kun benar-benar tidur di luar." Ucap Hinata dengan ketus.

"Heii kau ngambek?" Kekehan kecil terdengar dari bibir Naruto "kau semakin cantik kalau cemberut begitu Hinata."

"Naruto-kun berisik.."

Tidak menggubris ucapan Hinata sang pria lalu berjalan menjauh dari Hinata, tanpa menghentikan tawa yang ada Naruto malaj mengeraskan tawanya membuat Hinata juga ikut tertawa kecil yang ternyata tidak di ketahui oleh Naruto.

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang