Chapter 20 : Itu menyakitkan

1.3K 148 4
                                    

Huh....huh...

Suara tarikan napas berat, terdengar di kamar gelap itu.

Tangannya mengepal ke arah dada, sementara yang lain menjambak seprai tempat tidur hingga kusut.

Rambut perak panjang berserakan di atas tempat tidur. Rintihan seperti menahan tangis terlepas tanpa sengaja dari bibirnya yang terkatup rapat.

Sakit.

Itu sangat menyakitkan.

Harga dari balas dendamnya.

Menyadari sedikit suara keluar tanpa sengaja, perempuan itu buru-buru melihat sosok berambut hitam yang tidur di sampingnya.

'Syukurlah dia tidak terbangun.'

Kamar mereka terpisah, namun pria itu masuk ke dalam kamarnya dan sering kali tidur disana. Perempuan itu tak pernah mengatakan sesuatu tentang itu, bahkan jika ia mengatakan sesuatu, laki-laki itu akan berpura-pura tidak tahu tentang apa yang ia katakan.

Intinya, dia menyerah.

Laki-laki itu lebih tak tahu malu dari yang ia duga.

Anehnya, dekat dengannya, ia merasa senang.

Jadi dia diam-diam menyetujui gagasan tidur bersama.

Konyol.

Ia menyeret tubuhnya ke arah jendela. Seperti yang pria itu katakan, ia tidak mampu pergi kemana pun tanpa bantuannya.

Angin malam yang dingin menyapu wajah pucatnya. Tatapannya menyentuh pada karangan bunga menyedihkan yang digantung di dinding.

Dia tidak mempelajari banyak hal, sehingga ia bingung bagaimana cara menjelaskan perasaannya saat ini. Di masa lalu, ia berpikir tidak apa untuk menghabiskan sedikit waktu yang tersisa ini untuk membalas budi. Namun akhirnya, alih-alih membalas budi, ia malah mendapat lebih banyak darinya.

Dia mempelajari banyak hal tentang dunia luar dari orang-orang suku Barbarian.

Dunia di luar kota itu ternyata sangat menakjubkan hingga ia ingin melihatnya setidaknya sekali. Tetapi sekali lagi, itu tidak mungkin.

Dia tidak bisa berjalan, tidak, hanya pikirannya yang tidak mampu, bukan kakinya.

Mereka bilang itu trauma.

Terserah. Toh, waktunya hanya sebentar lagi.

Sejak ia membalas dendam, tidak ada lagi hal berharga miliknya yang tersisa, dia pikir itu hal bagus dan akan pergi tanpa meninggalkan penyesalan.

Seharusnya seperti itu.

Tatapannya memandang pria yang sedang tertidur damai itu rumit. Untuk beberapa alasan, ia merasa ragu. Seharusnya... dia tak lagi memiliki hal berharga. Sesuatu seperti keegoisan...

...Dia seharusnya tidak memilikinya.

Ruangan itu hening. Dia berusaha keras menggigit bibirnya, menahan erangan.

'Tidak boleh.'

Tidak boleh.

Tidak boleh.

'Tetap diam dan membusuklah. Hatiku yang kotor...'

***

Pria itu seperti bulan baginya. Dia tidak secerah matahari, tidak menyinari setiap hal di dunia ini. Namun sisi itu lah yang membuatnya bersyukur. Jika pria itu menjadi matahari, dia akan menjadi milik semua orang. Sesuatu yang terbagi. Dan dia tidak bisa.

Setiap orang mengatakan ia murni, tak tersentuh hal kotor. Namun dirinya tidak merasa seperti itu. Nyatanya dia adalah makhluk berhati paling kotor di dunia ini, karena menginginkan sang bulan di langit malam.

The dark past with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang