Chapter 29 : Selamat malam ayah

623 110 8
                                    

Kepala pelayan dan beberapa karyawan lainnya pergi untuk menyelesaikan perintah Count.

Mansion ditinggalkan dengan beberapa pelayan lain dan ksatria yang berjaga.

Terasa lebih sepi, juga gersang. Seluruh bunga berwarna merah dibakar atas perintah Count.

Dengan bantuan cahaya rembulan yang masuk, Cale berjalan di antara lorong yang gelap.

"Hiks... hiks...."

'Lagi-lagi.'

Sama seperti malam-malam sebelumnya, ayah selalu berjalan sambil menangis dan bergumam hal-hal yang tidak bisa ia pahami.

Awalnya ia bingung, namun mulai terbiasa saat hal seperti ini menjadi lebih sering terjadi. Setiap malam.

Sangat menarik. Ayah terlihat seolah-olah ia sedang berjalan dalam keadaan tidurnya. Ini menjadi rahasia kecilnya dengan kepala pelayan.

Seperti biasa, Cale menarik salah satu tangan ayah dan kembali menuntunnya ke tempat tidur. Ayah selalu seperti ini, menangisi ibu yang sudah mati.

'Bukankah ibu sudah mati? Kenapa harus dipanggil lagi?'

Cale muda tidak bisa memahaminya.

Benar juga, ayahnya dulu juga mengatakan agar ia hidup seperti ibunya.

'Apa ayah ingin aku mati?'

Tapi dia tidak terlalu suka jika ayahnya ikut memanggil namanya seperti ini saat ia mati.

Cale juga pernah mencobanya sesekali. Daging tubuh yang dipotong ternyata menyakitkan. Ada juga buku yang mengatakan jika mati bisa dilakukan dengan menggantung leher atau terbakar api.

'Hah... ini sangat sulit.'

Di beberapa titik, ia menyadari jika ia tak suka merasakan sakit.

"Sayang... Jour...."

Cale melirik ayahnya dan memasang selimut padanya. Tak lupa ia memberikan ciuman di pipinya dan pergi.

"Selamat malam ayah."

***

"Maaf Cale, ayah sangat sibuk sekarang. Kamu pasti mengertikan?"

"Ya, Cale mengerti."

.
.
.

"Cale, ayah harus pergi selama beberapa waktu. Ada banyak pelayan di rumah, jadi kamu tidak akan kesepian."

"Selamat jalan ayah."

.
.
.

"Cale ku sudah besar, ia sangat dewasa. Ayah tenang sekarang."

'Apa itu dewasa? Bisakah ayah menemaniku bermain jika aku dewasa?'

.
.
.

"Cale, ucapkan salammu."

'Kenapa ayah tersenyum kepada mereka?'

Padahal ayah tak pernah tersenyum kepadaku.

Ayah selalu marah. Ayah selalu memanggilku sialan. Ayah selalu berteriak padaku. Kenapa berbeda?

Kenapa perempuan itu menjadi ibu?

Kenapa anak itu menjadi adikku?

"Cale, kamu mengertikan? Semua ini demi kebaikanmu."

'Apanya? Jika perempuan itu menjadi ibu, apakah rasa sakit ini akan berhenti?'

Apa ayah akan mencintaiku?

Tidak. Aku dan ayah adalah keluarga. Keluarga selalu saling mencintai.

Tapi apa arti dua orang ini menjadi keluarga?

The dark past with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang