Chapter 21 : Kenapa aku begitu serakah?

1K 136 13
                                    

"Lalu, apakah kau akan menciumku seperti yang dilakukan pemeran utama perempuan?"

Sesuatu naik.

Menggulung dalam bentuk panas.

Wanita itu berkedip bingung. Jari pucatnya reflek menutup mulutnya.

Uhuk.

Cairan merah menetes dari sela jarinya. Ekspresinya malu, memalingkan wajah, mencoba untuk tidak terlalu terlihat.

Lakis tetap diam saat ia merawatnya hati-hati. Dia lalu menghela napas panjang.

Kondisinya semakin buruk.

Lakis mencoba banyak hal untuk membantunya, anehnya tidak ada kekuatan yang dapat membantu.

Seolah, kondisinya saat ini merupakan hasil dari kesepakatan yang tidak dapat diganggu oleh pihak lain.

Setelah napas wanita itu berangsur tenang, Lakis menggenggam tangannya.

"Apa kau tidak akan mengatakan sesuatu padaku?"

Nadanya ramah. Bahkan ekspresi wajahnya juga tenang.

Namun,

Perasaan wanita itu semakin tak terkendali. Dia tertawa mencibir,

"Apa lagi yang bisa kukatakan padamu? Kau sudah melihatnya, jadi, bisakah kau berhenti?"

Dia ingin lari. Kemana pun itu. Kakinya sehat, tetapi pikirannya membuatnya tak mampu berjalan.

Dia kesal.

Kesal.

Kesal!

'Jangan lihat.'

'Jangan lihat!'

Sebenarnya,

Dia tak ingin menjadi lemah.

"Apa kalian sudah melihatnya? wanita yang selalu berada di sisi baginda?"

"Maksudmu Saint? Dia wanita yang cantik."

"Ya itu dia. Apakah keduanya benar menjadi pasangan?"

"Kuharap seperti itu. Tapi..."

"...."

"...."

"Aku suka melihat keduanya bersama. Baginda pun...tidak ada masalah selama keduanya saling menyukai. Tetapi, jika terus seperti ini baginda akan..."

"Sst! Itu tidak sopan!"

"Hah...ku tahu itu. Hanya saja ku harap keduanya akan bersama untuk waktu yang lama."

Dia juga, ingin menjadi kuat.

"Anda adalah anak yang di cintai para Dewa, Saint. Dapat hidup di dalam istana meski terlahir dari darah kotor, bukankah setidaknya Anda tahu membalas budi?"

Dia tak pernah meminta untuk terlahir sebagai Saint, anak yang di katakan terlahir untuk di cintai para Dewa. Jika dia bisa memberikannya pada orang lain, dengan senang hati ia akan melepaskan rantai itu.

Rantai yang membelenggu kebebasannya.

Anak yang dicintai para Dewa?

Omong kosong.

Tak pernah ada hari di mana ia bersyukur telah terlahir.

Jika ada yang ia syukuri, maka itu adalah saat ia bertemu dengannya.

Wanita itu bertanya-tanya, kenapa ia begitu menginginkan sesuatu saat ia telah memutuskan untuk menghentikan segalanya?

Kenapa itu bukan sebuah barang? Kenapa itu tidak berbentuk benda mati yang dapat di bawa bersamanya?

The dark past with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang