Chapter 28 : Apa itu keluarga?

701 119 10
                                    

"Kepala pelayan, ibu kenapa?"

Pertanyaan polos dari anak kecil berkulit pucat.

Di luar masih hujan. Dingin menyerang masuk ke dalam tubuh anak kecil yang lemah.

Cale Henituse terlahir lemah. Tapi tidak selamanya. Darah Thames yang mengalir di tubuhnya akan membuat tubuhnya kebal dari segala jenis racun dan obat.

Tentu saja, ada harga untuk itu.

Kepala pelayan segera mengambil tubuh Tuan mudanya dan memberikan perintah kepada pelayan lainnya yang masih berada dalam duka.

Tubuh wanita yang berbalut gaun masih ditutupi dengan kain putih. Tapi Cale kecil mengetahui jika itu adalah ibunya. Ibu yang sama, orang yang mencintainya.

Tangan pucat kebiruan menunjukkan diri pada dunia. Berkatnya, Cale tahu jika tangan yang sama itu lah yang selalu memberikan 'obat manis' untuknya.

'Tapi kenapa ibu tidur seperti itu?'

Aneh.

Aneh, tapi ia juga merasa lega. Ia diam-diam merasa senang karena sepertinya ibunya lupa memberikan 'obat manis' padanya hari ini.

Ia benci meminum 'obat'. Tapi karena ibu memberikannya padanya, ia menelan rasa menyakitkan yang terasa seperti membakar perutnya.

Hidungnya sering berdarah. Di beberapa kasus, mulutnya memuntahkan gumpalan hitam dan berbau besi. Di sekitar perutnya, memar hitam muncul dan membuatnya takut.

Cale terkadang mengadu pada ibunya. Tapi perempuan yang melahirkannya itu hanya tersenyum dan berkata jika obat yang ia minum akan membuatnya membaik.

Cale tak membantah lagi dan mulai menunggu hari,

'Kapan aku sembuh?'

Kata ibu, Cale sakit.

Sama seperti ibunya, hanya 'obat' yang bisa menyembuhkannya.

Dan ketika ia sembuh, Cale akan bahagia. Sama seperti ibu.

Tidur abadi hanyalah satu-satunya kebahagiaan yang diajarkan oleh ibu.

Kata ibu, jika kita berhasil mencapainya, kita akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Cale tak akan lagi menderita.

Semakin cepat, semakin baik.

Tapi hari seperti itu tidak pernah datang.

Sejak hari dimana ibunya terbungkus kain putih, Cale tak pernah melihatnya lagi.

Sehari, seminggu... dua bulan...

Ayah akhirnya pulang.

Cale kecil yang sedikit mendapatkan warna kulitnya berlari menuju ayahnya.

"Ayah! Selamat datang!"

Ia sangat bersemangat. Cale bahkan memeluk salah satu kaki Deruth.

Betapa bahagianya anak kecil yang telah menikmati makanan di ruang makan luas hanya seorang diri.

Ia bahkan bangun lebih pagi untuk memetik banyak bunga berwarna merah saat mendengar kepulangan ayahnya hari ini.

Namun alih-alih membalas pelukannya, Deruth masih berdiri di depan pintu. Ia melirik ke bawahnya, melihat seorang anak dengan warna rambut merah seperti istrinya.

Kebenciannya melonjak hingga ia menepis pelukan kecilnya.

Rasanya kotor.

Perasaan bersalah yang menumpuk.

Kepada anak kecil tak bersalah, Deruth membencinya. 

"A, ayah...?"

Cale sejenak linglung. Rongga matanya tampaknya akan menumpahkan air mata pada detik berikutnya. Tetapi ia menahannya. Ia sudah lama tak bertemu dengan ibunya, jangan sampai ayahnya juga tak mau bertemu dengannya.

The dark past with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang