"Hai."
Seorang cowok dengan senyum teduh menatap Jenna lembut seakan tahu kebosanan gadis itu sejak tadi.
"Hai juga. " Bales Jenna dengan senyum mengembang. Setidaknya ada yang mengajaknya bicara di sini.
"Bosen, ya? " Tanya si cowok.
"Iya. Lucas, sih. Maksa gue ikut ke sini. Kan gue nggak kenal siapa pun di sini. Mana sekarang gue ditelantarin lagi. Ngeselin banget! "
Si cowok tertawa.
'Adem banget busettt. ' Jenna terpaku dengan tawa cowok asing itu.
"Btw, gue Kun, Kun Muhibbi Ahmad. " Kun mengulurkan tangannya dan disambut senang hati oleh Jenna.
"Gue Zhafira Jae Nazwa. Lo tahu kan harus memanggil gue apa? "
Pintu ruang bercat hitam putih itu terbuka.
"Sayang? " Goda Kun tepat sebelum keduanya menoleh kearah pintu.
Disana tampak dua orang yang baru saja masuk. Aldejune dan Grace. Dengan tangan yang saling bertautan mempertegas sakit yang Jenna rasakan. Tanpa sadar gadis itu menggenggam tangan Kun agak kuat, membuat pemuda itu bingung. Namun ia segera memahami keadaan. Apalagi saat diperhatikannya mata gadis di depannya ini tak lepas dari dua sejoli yang kini duduk di seberang tempatnya. Berjarak 1 meja dari mereka.
"Beneran, nih, gue boleh panggil lo sayang? " Tanya Kun tiba-tiba. Mencoba menarik Jenna kembali dari lamunannya.
"Eh? " Walau agak kaget, tapi gadis itu berhasil menguasai keadaan.
"Gombal lo receh banget. " Jenna terkekeh lantas melepaskan genggaman nya dari tangan hangat Kun.
"Seenggaknya gombalan gue lebih berkelas daripada si Yuta. "
"Pengen ngakak tapi baru kenal. " Jenna melepas tawanya hingga matanya berair.
"Woah.. Sampai nangis gue. " Ucapnya sembari mengusap butiran bening yang meluncur turun dari tempatnya.
"Receh banget ya humor lo. "
"Iya emang. Hahaha.. Astagfirullah.. Sampai mbeler gue. " Jenna menyedot ingusnya yang hampir jatuh seperti anak kecil.
Kun tersenyum, tapi ada sesuatu dalam lingkungan indah itu.
"Kalau mau nangis, nangis aja. nggak perlu lo tutupin pake tawa. "
'Lo jadi kelihatan makin menyedihkan. ' Lanjut Kun dalam hati.
Jenna mematung. Tawanya berhenti tapi tidak dengan liquid asin yang terus mengalirkan anak sungai kecil di pipi gadis yang kini susah payah menelan ludahnya sendiri. Mencoba menetralkan suara.
"Apaan, sih, Kun. Siapa yang nangis coba? Gue tuh emang gini, ketawa dikit pasti langsung nangis. " Jenna masih mencoba meneruskan sandiwaranya.
"Lo emang pinter acting.
Tapi gue lebih pinter buat memahami apa yang terjadi. "Jenna kehilangan kata-katanya. Sepertinya ia tak tahu tengah berhadapan dengan siapa. Kun, si cowok dengan kepekaan level tinggi.
"Mau ikut gue ke suatu tempat? "
"Kemana? "
Kun menyodorkan sekotak tisu yang disediakan pihak cafe untuk setiap meja. Jenna menerimanya dan menarik helai tisu pertama.
Kun mengendikkan bahunya.
"Nggak jelas banget, sih! "
Jenna melemparkan gumpalan tisu bekas air matanya pada Kun. Ada sedikit senyuman yang terbit di bibir gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEJUNE
Ficção AdolescenteHanya sebuah kisah biasa. Cerita mainstream masa SMA..