"Oke, sekarang giliran gue! " Seru Jenna. Belum sampai gadis itu bersorak meneriakkan nama korbannya, sebuah suara menginstruksi mereka.
"Assalamualaikum, ya ahlad diyar!! "
9 remaja itu menoleh, salah satu diantaranya mematung.
"Jir! Salamnya buat ahli kubur. "
"Dijawab, dong, adek-adekku yang budiman.. "
"Waalaikumsalam. Ada apa, bang? Tumben kesini? " Tanya Hendery.
"Anak basket kumpul, semua tim. "
"Sekarang, bang? "
"Nggak, besok kalo gue udah jadi kapten tim inti Garuda_Anjrit! " Ryan menggosok pantatnya yang barusan ditendang kuat oleh sang kapten inti Garuda yang sesungguhnya.
"Canda doang elah, Jun. Baperan amat lo. "
Aldejune tak menggubris, laki-laki itu hanya berdiri diam di belakang Ryan dengan sorot dingin yang menusuk netra lawan.
Jenna menatap aneh Aldejune dan Lucas yang saling bertatap sengit seakan dari mata keduanya terhatur do'a 'mati aja lo!'
"Kaki gue sakit, gue nggak ikut. " Lucas melengos.
"Alasan. " Sarkas Aldejune.
"Gue nggak bohong. "
"Gue nggak peduli. "
"Ketua bangsat. "
"Maksud lo apa, jing?! " Aldejune menerjang Lucas tapi berhasil ditahan oleh Ryan.
"Woi! Santai, bro! Lo apaan, sih?! Kita ke sini bukan mau berantem! " Ryan beralih menghadap Lucas.
"Lo juga! Kita cuma kumpul, nggak latihan. Jadi lo nggak ada alasan buat nggak ikut. Kalo kalian berdua punya masalah pribadi, jangan dibawa ke tim. Childish! "
Semua orang terdiam, tak berani walau hanya membenarkan apa yang Ryan katakan. Aldejune dan Lucas, keduanya bergelut dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang terjadi diantara mereka, tak biasanya Aldejune termakan amarah seperti tadi. Benar-benar menakutkan saat ia hampir melepas bogeman mentah ke arah Lucas.
Dan entah apa pula yang mempengaruhi Jenna sehingga gadis itu punya firasat masalah ini ada sangkut pautnya dengan dirinya. Apa karena kejadian tempo hari? Jenna teringat betapa ngilu hatinya saat Aldejune mencekiknya tanpa alasan. Ah tidak, pasti ada alasannya, hanya saja laki-laki itu belum mau jujur.
2 detik pandangan Jenna dan Aldejune saling mengunci.
"Sorry. " Ucap Aldejune sebelum pergi menyisakan keheningan.
"Gue minta maaf atas keributan barusan. Hen, lo kondisikan temen-temen lo. Lucas, gue harap lo ikut kali ini. " Ryan pergi menyusul Aldejune.
"Yaahh.. Bubar deh. " Keluh Daisy memecah sunyi.
"Yang pergi cuma gue, Juan, sama Lucas. Kalian lanjut aja. " Hendery bangkit disusul Juan, dan Lucas.
"Gue ikut! " Seru Jenna.
"Nggak! " Sergah Lucas. "Lo nggak boleh ikut. "
Jenna mencebik. Asumsinya makin kuat karena sikap Lucas barusan.
"Kenapa, sih? Terserah gue, dong. Gue kan mau nemenin Hendery. " Jenna mengamit lengan Hendery, memanfaatkan dare dari Juan tadi dan menyeret laki-laki itu keluar, mengabaikan Lucas yang terus meneriakkan namanya.
"Beneran lo mau ngejalani darenya Juan? " Tanya Hendery begitu keduanya sampai di lapangan indoor.
Jenna mengangguk. "Cuma dare, kan? Santai aja kali, Hen. "