Selama pelajaran berlangsung, Jenna tidak bisa fokus sama sekali. Pikirannya masih diselubungi kebingungan kemana Aldejune pergi. Atau mungkin laki-laki itu memang kebetulan datang terlambat hari ini?
Jenna menggelengkan kepalanya kuat mencoba mengusir segala fikiran negatif tentang Aldejune.
"Zhafira! "
Tubuh Jenna menegang seketika.
"Berani-beraninya kamu melamun di pelajaran saya. " Sentak Pak Tiger, guru seni budaya blesteran India.
"Sa_saya nggak melamun, Pak. Saya cuma_"
"Ngehalu, Pak! "
Jenna melotot pada Lucas yang barusan berteriak.
Sepupu kurang ajar emang.
"Menghalu? " Pak Tiger mengelus kumis agung kesayangannya, berfikir.
"Menghalu itu semacam melamun, kan? "
"Betul, Pak! " Seru Lucas.
Jenna membanting punggungnya pada sandaran kursi dengan tangan bersendekap dada. Ia sudah terlanjur kesal dan malas berdebat dengan Pak Tiger yang bersekutu dengan Lucas.
"Zhafira, bisa kamu buka pintunya sendiri? "
Sudah Jenna duga ia akan bernasib seperti ini. Dikeluarkan dari kelas oleh Pak Tiger si macan India bukanlah suatu kejadian langka. Karena sudah menjadi hukum muthlak mengeluarkan murid dari kelas karena memang Pak Tiger itu 'baperan'.
Jenna keluar dari kelas setelah memberikan death glare pada Lucas yang hanya dibalas cengiran watados super menyebalkan.
Dan disinilah gadis itu berakhir sekarang.
Perpustakaan.
"Lumayan.. Bisa ngadem sambil wifi-an. " Monolog Jenna sembari berjalan memasuki gudang jendela dunia itu.
"Pacarnya Aldejune, ya? "
Jenna mematung. Matanya mengerjap bodoh. Tidak salah lagi panggilan itu untuknya karena memang hanya dirinya satu-satunya manusia di ruangan ini. Tidak ada satupun murid yang mengunjungi perpustakaan karena masih jam pelajaran. Lantas siapa yang..
"Benar, kan? " Jenna hampir terjungkal saking kagetnya. Dihadapannya, Bu Mega, juru kunci perpustakaan berdiri dengan APD lengkap ala covid-19. Sebenarnya, apa yang tengah dilakukan guru besar itu dengan pakaian semi astronot?
Jenna mengusap dadanya berlebihan.
"Benarkan kamu pacarnya Aldejune? Jeny, Jiny, Jony? Siapa nama kamu? Ibu lupa. "
Jenna meringis. Nama yang terakhir disebutkan Bu Mega membuatnya berusaha menahan tawa. Apa Bu Mega tidak sadar kalau itu nama laki-laki?
"Jenna, Bu. "
"Ah iya, Jenna. "
"Emm.. " Gadis itu seperti hendak mengatakan sesuatu.
"Kenapa? "
"Itu, sebenarnya saya bukan pacarnya kak Jun. Kita cuma temenan dan partner di OSIS. " Jelas Jenna yang merasa sungkan jika hubungannya dengan Aldejune diketahui banyak orang, apalagi dari kalangan guru.
"IYA TOH?! " Bu Mega melotot dibalik kostum astronotnya.
"Kalau begitu, ibu masih ada harapan, dong. " Lanjutnya.
Alis Jenna menyatu. "Harapan? "
"Haah.. Hampir saja ibu pindah hati ke Kun, si ketua osis itu loh.. Kamu pasti kenal, kan? "