Mata gadis itu berkali-kali meredup. Namun sejurus kemudian ia menggeleng kuat, mencoba mengusir rasa kantuk yang mendera.
Ia melirik ke kanan ke kiri.
Matanya menangkap beberapa peserta pembekalan OSIS yang senasib dengan dirinya. Bosan. Tapi tak sedikit pula yang tetap bersemangat mendengar petuah-petuah para senior. Apalagi saat ini adalah giliran Melvin Aldejune, bendahara utama OSIS.
Berbanding terbalik dengan Kun Muhibbi Ahmad, sang ketua OSIS, yang menjelaskan dengan senyum teduhnya tentang tanggungjawab seorang ketua itu seperti apa. Aldejune menjelaskan tugas-tugas seorang bendahara dengan penuh ketegasan. Tak ada senyuman. Yang ada hanya tatapan serius yang menghunus para juniornya. Mengakibatkan degub jantung yang tak normal seperti apa yang Jenna rasakan sekarang.
Gadis itu menelan salivanya susah payah saat pandangannya bersibobrok dengan sorot tajam Aldejune.
'Untung gue jadi anak buahnya kak Elvan yang enjoynya subhanallah. ' Jenna membatin.
Ya, dirinya terpilih sebagai sekretaris 2 OSIS.
Setelah Aldejune turun dari podium, Kun naik kembali dengan secarik kertas di tangannya.
"Saya mohon perhatiannya sebentar. " Laki-laki rapi itu mulai berbicara.
"Setelah menimbang dan memperhitungkan ulang, kami membuat keputusan final dengan merombak beberapa susunan kepengurusan awal. Yakni bendahara 2, Adellia Atmadja, akan ditukar posisi dengan sekertaris 2, Zhafira Jae Nazwa. Ada yang keberatan? "
Jenna melongo. Baru saja dirinya bersyukur, tapi sekarang?
"Kak. " Gadis itu berdiri hendak melayangkan protes.
"Ya? "
"Saya keberatan. "
"Alasannya? "
Jenna berfikir. Tak mungkin ia mengatakan alasan sebenarnya bahwa jantungnya selalu berdetak abnormal saat bersama Aldejune.
"Mungkin aja kak Jun nggak suka bekerjasama dengan saya. "
Bodoh.
Hanya itu yang terlintas dalam benak Aldejune saat secara tidak langsung Jenna melempar bola keputusan padanya.
Semua mata tertuju pada Aldejune, meminta jawaban laki-laki itu.
Sedangkan yang menjadi pusat perhatian hanya bersikap acuh.
"Gimana, Jun? Keberatan? " Tanya Kun.
Aldejune membenarkan posisi duduknya menghadap gadis yang merasa keberatan bekerjasama dengannya. Menatapnya intens membuat sang gadis tanpa sadar meremat ujung seragamnya.
"Tidak sama sekali, Zhafira. "
🌱🌱🌱
"Kenapa pake dirombak segala, sih?! " Jenna terus menggerutu di sepanjang koridor yang ia lewati.
Gadis itu tengah berjalan sendirian sekembalinya dari auditorium. Kakinya menghentak menandakan kekesalannya. Pikirannya berkelana membayangkan interaksinya dengan sang mantan esok hari.
Bukan dirinya tak suka, bahkan sebenarnya gadis itu sangat senang bisa menjadi partner Aldejune dalam OSIS. Hanya saja, Jenna bingung harus bersikap bagaimana.
Satu sisi ia ingin bersikap terang-terangan dengan perasaan sukanya pada Aldejune yang masih utuh seperti dulu. Tapi di sisi lain, ia juga ingin bersikap cuek dan acuh mengingat statusnya yang sudah mantan dengan Aldejune dan laki-laki itu yang telah memiliki kekasih baru.
![](https://img.wattpad.com/cover/288938305-288-k835567.jpg)