🌱🌱🌱
Sebanyak kakinya melangkah menuju ruang OSIS, sebanyak itu pula perkataan Yuqi berputar diotaknya. Jenna dengan segala kecemburuan, kecurigaan, serta rasa takut kehilangan.
Pembelaan Jenna pada Aldejune bukan murni dari hatinya. Disaat otaknya mencoba positif thinking, hatinya akan berbisik bahwa apa yang berusaha ia percaya saat ini akan menyakitinya di kemudian hari. Semakin ia berusaha baik-baik saja sekarang, harus makin siap pulalah hatinya untuk sakit yang akan ia rasakan.
Gadis itu juga merasa bersalah pada Yuqi. Bagaimanapun juga, niat Yuqi adalah agar Jenna berhati-hati. Tapi, kenapa responnya seserius itu? Jenna hanya bisa berdo'a semoga Yuqi tak marah padanya.
Tak terasa, kini Jenna berdiri tepat di depan ruang OSIS yang terbuka. Ada beberapa anggota OSIS di dalam sana.
Jenna berjalan ke arah ruang bendahara. Ruang di mana -kata Johnny- Aldejune tengah bersemayam di sana. Dan benar saja, saat dirinya mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk, matanya seketika menangkap Aldejune yang tengah rebahan di sofa dengan lengan kiri yang menutup matanya. Tak hanya Aldejune, ternyata ada makhluk lain di ruangan itu.
"Kak Kun di sini? "
Pertanyaan yang tak butuh jawaban. Tapi karena ini Jenna yang bertanya, Kun akan dengan senang hati menjawabnya.
"Seperti yang lo lihat. "
"Kak Jun lagi tidur ya, kak? "
Kun mengendikkan bahunya. "Ya kali. Dari tadi diem aja. "
Sekilas Jenna memperhatikan Aldejune. Sampai sesuatu menarik atensinya hingga membuat gadis itu buru-buru duduk berlutut di samping pacarnya.
"Kak Kun, ini lengan kak Jun kenapa? "
Kun yang tengah bermain ponsel pun hanya melirik sekilas lengan Aldejune yang dibalut perban. "Tau tuh bocah. Katanya keserempet motor kemarin. "
Kun menyelesaikan kalimatnya bersamaan dengan sebuah pesan chat masuk ke ponsel Jenna.
📨:Kak Kun
|Kita perlu bicara. Tp gk disni
|Gw tunggu dirooftopSetelah membaca itu, Jenna melihat Kun bangkit dari tempatnya. Laki-laki itu mengetuk jam tangannya kemudian memberi isyarat angka 10. Jenna yang paham Kun memberinya waktu 10 menit untuk menyusul keluar pun mengangguk singkat.
"Kakak nggak ke kantin? " Tanya Jenna basa-basi.
"Ini baru mau ke sana. Lo mau ikut? "
Jenna menggeleng. "Nggak deh, aku di sini aja. "
"Oke, gue keluar dulu. " Pamit Kun.
Begitu sang ketua OSIS pergi, Jenna kembali fokus pada Aldejune. Gadis itu teringat kadonya.
'Kak Jun suka nggak, ya? Suratnya disimpen ato dibuang, ya? Ih! Kok gue alay gini sih?!'
"Bodoh banget! "
Jenna memukul kepalanya sendiri lantas meringis sakit.
Memang bodoh.
"Siapa? " Suara Aldejune terdengar walau posisinya tak berubah.