Untuk yang kesekian kalinya, bibir Jenna ngedumel nggak jelas. Di bawah terik matahari siang ini, Jenna menyusuri setiap inci halaman utama yang luasnya na'udzubillah. Apa lagi buat nyari gelang yang kemungkinan 99% jatuh di tempat yang tak terduga dan sulit dijangkau.
"Kenapa juga tuh gelang bentuknya harus kayak akar gitu?! Warnanya item lagi! Ntar kalo jatuhnya di semak-semak kan susah nyarinya! "
Terus saja semua disalahkan oleh Jenna. Mulai dari Hendery sampai pabrik yang memproduksi gelang cantik itu. Yah.. Namanya juga perempuan. Yang salah satu orang, sekabupaten ikut diceramahin.
Tak kunjung ketemu, Jenna memutuskan untuk rehat sejenak di bawah pohon. Duduk berteduh dari sengatan matahari dipukul 13.45 yang terasa membakar kulit.
Jenna menunduk menatap pergelangan tangan kirinya.
'Tadi Melody masih sama gue, sekarang nggak. ' Gadis itu tersenyum kecut.
Jenna mendongak saat bayangan sebuah motor berhenti di depannya.
"Jenna? Kamu ngapain duduk di bawah pohon sendirian? " Tanya Dhea.
'YA LO SENDIRI NGAPAIN DUDUK DI JOK MOTOR COWOK GUE ?!' Itu Jenna cuma ngebatin yaaa
"Ngadem! Panas lihat polusi di mana-mana! " Acuh Jenna. Ia benar-benar malas meladeni Dhea yang sepertinya akan pulang bareng Aldejune kali ini.
"Kamu cemburu, ya? " Goda Dhea.
MENURUT NGANA?!
"Maaf ya, Na. Ini kalo bukan tante Ana yang nyuruh, aku juga nggak ada niatan main ke rumah Melvin. "
Oalah.. Diajak main ternyata.
"Ini juga, tadinya aku mau kesana pakai sopir. Eh, Melvin ngajak bareng. Ya udah, sekalian. "
Bangsad!
"Ya udah, pulang aja sana. Aku juga mau nyari gelang kesayangan aku yang hilang. " Jenna memberi penekanan saat mengatakan 'gelang kesayangan aku'.
"Kok bisa hilang? "
"Dibuang sama orang gila! "
Di balik helm full facenya, rahang Aldejune mengeras. Cengkraman laki-laki itu yang menguat pada stang motornya pun tak luput dari pandangan Jenna.
'Makan tuh orang gila! '
"Kamu ada-ada aja. Mana ada orang gila di sekolahan? "
"Ada! " Jenna nyolot. "Tuh, orangnya! "
Aldejune refleks menoleh. Dan benar saja, jari telunjuk Jenna mengarah tepat ke wajahnya. Ia melotot geram. Pacarnya ini benar-benar menjengkelkan sekarang!
"Kak Jun ngapain noleh? " Potong Jenna, "Jadi ketunjuk, kan. " Lanjutnya dengan senyum licik, lantas menggeser ujung telunjuknya, menciptakan garis tak kasat mata melewati kepala Aldejune.
"Tuh, orang gilanya! "
Aldejune dan Dhea menoleh. Berjarak 10 meter dari tempat mereka, ada Lucas dan Hendery yang tengah membeli es potong warna-warni. Hendery dengan sebuah es potong di tangan kirinya, dan Lucas yang masih menunggu pesanannya siap. Namun, begitu kang es potong mengangsurkan pesanan Lucas pada si empunya, tangan Hendery menyerobot, mengambil es manis itu, dan membawanya kabur.
Lucas yang tak terima segera memburu dengan langkah seribu sambil misuh-misuh.
Disusul pihak ketiga, yang tidak lain adalah kang es potong dengan pisau potong masih dalam genggaman, mengejar dua oknum pecicilan yang belum membayar es potong masing-masing."Lucas itu sepupu kamu, ya?"
Menjawab pertanyaan Dhea, Jenna menyahut acuh.
BRUMM!
Jenna melirik Aldejune sengit. Barusan, laki-laki itu menstarter motornya kencang, memberi kode agar kedua perempuan itu segera mengakhiri pembicaraan.
"Kamu cari gelang, kan? " Dhea merogoh saku almamaternya.
'Masih ngomong aja nih cewek! ' Tahu lah.. Itu batin siapa.
"Nih, ambil aja. Kebetulan aku punya dua. "
'Njir! Malah ngasih gue gelang. Nggak paham situasi apa gimana, sih?!
Daripada berlama-lama, Jenna segera menerima gelang itu.
"Oke, thanks_kampret! "
Jenna ditinggal tanpa salam perpisahan.
Setelah puas mengumpati dua makhluk yang, jika bersama, selalu berhasil membuatnya darah tinggi, Jenna mengamati sekilas benda kecil itu. Hanya gelang biasa dengan ornamen berbentuk bintang dan permata kecil di bagian tengahnya. Tak perduli, Jenna mengantongi gelang itu secara asal.
Kepalanya menunduk menatap tali sepatu yang terlepas. Bibir Jenna kembali mengeluh sebelum berjongkok untuk menyimpul rapat seperti apa yang ia pelajari sejak kecil.
"Nyari ini? " Fokus Jenna buyar saat suara berat itu menyapa gendang telinganya.
Dia mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu putih yang barusan menyapanya.
Jantung Jenna seakan terhempas saking leganya saat mendapati Kun Muhibbi Ahmad berdiri dihadapannya sembari mengulurkan sesuatu yang menjadi penyebab pertengkarannya dengan Aldejune tadi.
Jenna bangkit seketika. "Kok bisa ada sama kakak? "
Kun tersenyum begitu Jenna mengambil gelang itu darinya dan menggenggamnya erat. Jenna takut kehilangan dan Kun tahu itu.
"Jaga gelang ini baik-baik. Walau nggak berarti apapun buat lo dan nggak bakal ngerubah apapun dalam hidup lo, tapi ada seseorang yang naruh harapan besar sama gelang ini. "
Tatapan Kun berhasil membius Jenna, membuat gadis itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari laki-laki dengan senyum senjanya yang meneduhkan.
"Dia nggak berharap lebih sama lo. Dia cuma ingin lo tahu bahwa hati orang yang dia cintai ada dalam tubuh lo. "
"Hati? Maksud kakak, Melody? "
Liquid bening itu turun tanpa permisi. Luka lama itu semakin permanen untuk Jenna.
Hatinya ngilu, sakit, dan sesak.
Jenna rindu Melodynya. Sangat.
Tangan Kun terulur bukan untuk menghapus air mata gadis itu, melainkan untuk menutupnya dan mengambil sedikit memori yang barusan ia ciptakan.
Jenna diam tak merespon. Tubuhnya seakan dikendalikan untuk menurut. Gadis itu terpejam, sampai saat ia merasakan sesuatu jatuh di kakinya.
Mata bulat itu kembali terbuka. "Gelang gue! " Serunya girang. Diambilnya gelang itu, toleh kanan kiri, Jenna menggaruk pelipisnya bingung.
"Nggak ada siapa-siapa. Tapi, kok tiba-tiba gelangnya bisa ada disini, ya? Perasaan tadi nggak ada. " Monolognya.
Merasa ada yang aneh, tangan Jenna menyentuh pipinya yang basah. "Eh, apaan, nih? Kok basah? "
Agaknya, Kun benar-benar berhasil membuat Jenna terlihat seperti orang bodoh.
"Tapi, bodo amat lah, ya.. Yang penting, gelang gue balik! "
Jenna segera melingkarkan gelang itu di tangannya, mengangkatnya ke atas, dan memutar-mutarnya di udara seakan pamer pada dunia.
"Lihat. Lo balik lagi ke gue. Itu artinya, lo cuma ditakdirkan buat gue. Karena Hendery udah percayain lo sama gue, gue janji! Gue bakal jaga lo dengan sepenuh hati! "
🌱🌱🌱