"Tadi aku mimpi. " Ucap Jenna sambil menunduk, sesekali menyedot ingus yang hampir jatuh.
"Aku mimpi, kakak mati. " Jenna menatap Aldejune, ingin tahu bagaimana reaksi laki-laki itu akan mimpinya. Namun, sorot dingin nan menusuk itu serasa mengulitinya. Jenna jadi takut sendiri.
Bukannya Aldejune sering menatapnya dingin? Tapi kenapa kali ini terasa berbeda?
"Aku mimpi kakak kecelakaan. "
Ucapan Jenna membuat Aldejune menegang seketika. Pikirannya berkecamuk. Tangannya mengepal sampai buku jarinya memutih. Aldejune hampir kehilangan dirinya, tapi ia berusaha kembali.
'Apa dia datengin Nana? '
"Emang gimana mimpinya? " Tanya Aldejune mencoba biasa.
Jenna mengambil tangan Aldejune untuk ia mainkan.
"Dimimpi aku, aku lihat katak jalan. Terus ditabrak tukang bakso. Kakak nyungsep deh sampe mati. "
Aldejune tertawa.
"Kok ketawa, sih? "
"Mimpi kamu aneh banget. "
"Iya sih. Tapi yang bikin aku sedih itu.. Aku yang jadi tukang baksonya. Jadi aku yang bikin kakak mati. Aku yang bunuh kakak. "
Jantung Aldejune menggila saat bibir Jenna mengatakan 'aku yang bunuh kakak'. Sisi lain Aldejune seketika membenarkan.
Perasaan yang sering muncul saat ia sendirian tiba-tiba meliar memaksa untuk dilampiaskan.
Jenna in danger.
Aldejune tiba-tiba menerjangnya sampai punggung dan belakang kepalanya menghantam lantai. Laki-laki itu kini mengungkungnya. Berkuasa atas segenap pergerakannya.
Aldejune menusuk Jenna dengan pandangannya. Membuat gadis yang belum berteman dengan situasi itu semakin takut.
"Lo bukan pembunuh, sayang. "
Susah payah Jenna menelan ludahnya saat tangan kanan Aldejune menyusuri sisi kiri wajahnya sampai ke leher.
"Tapi. " Aldejune menggantungkan ucapannya.
Ibu jari laki-laki itu bermain di tengah leher Jenna.
"Lo yang udah bikin gue jadi pembunuh, bangsat! " Seiring Aldejune menyelesaikan kalimatnya, ibu jarinya turut menekan kuat tepat di tengah leher Jenna.
Jenna melotot. Tenggorokannya sakit bukan main walau tak sesakit hatinya.
Jenna bingung, takut, sakit. Ia meronta di bawah tubuh Aldejune. Dadanya mulai sakit saat Aldejune tak kunjung melepaskan cekikkan satu tangannya.
Kedua tangan Jenna yang sedari tadi memukul dan mencoba mendorong tubuh Aldejune kini terkulai begitu saja. Jenna menangis dengan kedua mata yang menatap kecewa pada Aldejune.
Seakan ia tak mengenal kekasihnya itu. Seakan yang menatapnya penuh amarah ini bukan Melvin Aldejune. Seakan ia memang si bangsat yang Aldejune maksud.
Apa salah Jenna sampai Aldejune semarah ini? Seingatnya, catatan merah yang berpotensi memancing amarah Aldejune adalah karena ia lupa saat Aldejune hendak menjemputnya untuk berangkat bersama.
Just that! Jadi, apa harus semarah ini sampai tega mencekik Jenna tanpa ampun. Tapi, bukankah tadi laki-laki itu sudah tidak marah.
"ARRGGHHH!! " Aldejune mengerang.
Jenna terbatuk-batuk begitu lehernya terbebas.
Apa yang merubah Aldejune secepat itu? Belum genap setengah jam yang lalu laki-laki itu bersikap manis saat menenangkan Jenna yang tengah menangis. Tapi, selepas Jenna menceritakan mimpinya, Aldejune berubah menjadi monster.
Menyakiti fisik dan hati, Aldejune berhasil menghancurkan Jenna.
"Kenapa harus lo? " Gumaman putus asa itu bisa Jenna dengar.
Karena posisi yang tidak sejajar, Jenna terhalang untuk melihat wajah Aldejune yang menunduk. Setetes liquid bening menjamah leher Jenna tepat di bekas cekikkan Aldejune. Bagai ramuan penawar, rasa sakit itu menguar. Jenna melupakan fisiknya yang remuk. Karena kini melihat laki-lakinya menangis, hatinya bagai diremas sesak.
Jenna ingin mengusap pipi Aldejune. Menghapus tangis dan menenangkannya seperti yang Aldejune lakukan untuknya tadi.
Setidaknya, Jenna ingin menjadi rumah singgah untuk Aldejune walau tak selamanya laki-laki itu di sana.Aldejune mendongak menatap Jenna. Mata keduanya sama-sama basah. Hati keduanya sama-sama sakit. Dalam kebersamaan singkat ini, mereka saling melipur dalam lara.
Memori lawas tiba-tiba berputar begitu saja di otak Aldejune bagai kaset rusak. Mengganggunya. Menumpuk dendam tak berdasar yang tertanam di hati laki-laki bodoh itu.
Air mata Jenna meluncur bebas. Seakan tersadar, pandangan Aldejune melunak.
Jenna memejamkan mata saat merasakan sentuhan Aldejune. Ia yakin, saat ini dirinya menduduki peringkat pertama gadis terbodoh dengan tetap menyukai kala jemari Aldejune bergerak di pipinya, menghapus air matanya, saat laki-laki itu sendiri yang menggores hatinya.
Tangis Jenna pecah saat Aldejune bangkit meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.
Gadis itu bingung, takut, kecewa.
Kesadaran Jenna berkurang saat kepalanya pening dan telinganya berdengung keras.
Samar-samar, seseorang yang baru saja memasuki rumah meneriakkan namanya.
"NANA! "
Saat itu, Muhammad Luqman Asyrovi berlari ke arahnya.
🌱thank's for all🌱