***11. Surat Perpisahan 2***

175 23 6
                                    

Update lagi Yee😁

Happy reading

...

Mobil yang ditumpangi sahabat Arkan sudah melaju meninggalkan lahan parkir apartemen, tinggal dia dan Rahma saja yang masih belum pergi dari sana.

Pria tampan itu memandang Rahma, menyerahkan kunci mobilnya pada asisten pribadi dan sekretarisnya itu, Rahma menerima kunci mobil itu dengan raut bingung.

"Kenapa?" Tanya Arkan pada sekretarisnya itu, bukannya menjawab pertanyaan Arkan, gadis itu malah memperhatikan kunci dalam genggamannya.

"Bapak yakin?" Tanya Rahma ragu-ragu, pria itu mengangguk.

"Kalo saya yang nyetir, bukannya sampai kantor malah sampai surga pak, bapak yakin saya yang nyetir?" Tanya Rahma lagi, Arkan sekarang tahu kenapa gadis dihadapannya ini tidak segera masuk ke kursi kemudi, gadis itu tidak bisa menyetir mobil.

Arkan kembali meraih kunci mobilnya yang tadi berada digenggaman Rahma, ia masuk ke kursi kemudi terlebih dahulu kemudian menginterupsi sekretarisnya itu untuk segera masuk ke kursi penumpang disampingnya melalu gerakan tangan.

"Pasang seatbelt mu" Arkan memasang seatbelt miliknya dengan rapih, ia melirik gadis disebelahnya dari ekor mata.

Rahma terlihat kesusahan memasang seatbelt miliknya, gadis itu pernah menaiki mobil pribadi, bukan mobilnya melainkan mobil milik taksi online, manapunya dia mobil pribadi. Uang pemasukan dari kafe saja ia gunakan untuk perbaikan kafe kalau ada bagian dari kafe yang perlu perbaikan atau perawatan.

Gaji miliknya juga belum tentu cukup untuk membeli mobil yang satunya seharga ratusan juta, kalau misalpun cukup dia tetap tidak akan beli kenapa? Kalau dibelikan mobil dia mau makan apa nanti.

Gadis itu lebih baik berdoa kalau suatu hari nanti, ia mendapatkan suami yang kaya raya, bukan materialistis tapi, kalau misal ia mencari pria tampan tapi tidak punya uang, ia dan anak-anaknya nanti mau makan apa? Modal tampan saja kurang.

Misalkan ia dapat suami yang kaya raya, tetap saja uang suaminya pasti akan tetap utuh atau mungkin hanya terpakai beberapa untuk keperluan bulanan, beruntung ia adalah gadis yang tidak suka menghamburkan uang, dan tidak terlalu suka belanja kecuali belanja makanan, sungguh beruntung jodohnya kelak.

Tubuhnya otomatis mundur menempel kursi penumpang ketika tiba-tiba Arkan mencondongkan tubuh miliknya kearah Rahma.
Gadis itu menahan nafas, Arkan memasang seatbelt Rahma dengan benar tak melirik sedikitpun kearah sekretarisnya yang sedikit lagi akan membiru karena menahan nafas.

Dug~

"Aww, kenapa kau malah membenturkan kepalamu ke dahi saya Rahma," Arkan mundur kembali ke posisinya saat awal, duduk di kursi kemudi dengan masih mengelus dahinya yang terasa sakit karena benturan kepala sekretarisnya tadi, sedangkan rahma, ia menghirup nafas dalam seakan-akan tak akan mendapatkannya nanti kalau tak segera ia hirup.

"Ba-bapak sih cari kesempatan dalam kesempitan," ucap Rahma gugup, jantungnya berdetak tak normal saat ini, detakan jantungnya sangat cepat karena peristiwa tadi.

"Kalau saya tidak ada inisiatif untuk memasangkan seatbelt itu padamu, kamu pasti tidak akan pernah selesai sampai mobil ini berada diparkiran kantor," Rahma melirik Arkan tajam.

"Dia ngejek gue ceritanya?" Dimalam Rahma dalam hati, seatbelt mobil milik bosnya dan milik taksi online memang cukup berbeda, seatbelt mobil bosnya lebih susah di kunci dari yang dia duga, maka dari itu ia sangat lama untuk memasangnya.

Mr. BurgerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang