***21. Potong Rambut***

141 21 1
                                    

Bab ini adalah bab terpanjang yang aku ketik, jadi, bacanya
pelan-pelan oke ^^

Jangan lupa votenya ya :)
Atau komennya juga :)

Hati-hati typo bertebaran ^^
Selamat membaca....
Semoga suka....

🍔🍔🍔

#Bagaskara Group || 10.30

Ruang rapat masih diisi oleh banyak orang sedari jam setengah sembilan sampai sekarang. Sudah dua setengah jam rapat rutin tersebut berlangsung. Tujuan diadakannya rapat adalah untuk membicarakan perihal pembangunan rumah sakit yang akan perusahaan mereka bangun.

Semua orang tampak fokus menatap layar monitor yang sedang menampilkan sebuah sketsa arsitektur untuk bangunan rumah Sakit nanti.
Sketsa bangunan yang ditampilkan terlihat sangat megah dan besar, bisa dipastikan kalau ukuran bangunannya nanti akan lebih besar daripada sketsanya.

Banyak para karyawan yang lebih memilih fokus menatap ke depan, entah menatap layar monitor atau para karyawati yang lebih memilih fokus menatap sang Presdir yang saat ini terlihat sangat menawan di mata, dalam balutan kemeja hitam dengan rompi, lalu jas dan celana bahan dalam warna yang seragam—berwarna hitam. Rambut panjangnya yang bergaya modern mullet terlihat melengkapi semuanya. Namun, hanya satu kekurangannya, yaitu senyuman. Pria itu terus menatap dengan pandangan mata yang tajam dan ekspresi yang flat, tidak ada senyuman sama sekali.

Ketika semua orang menatap ke depan, lain halnya dengan Rahma. Gadis itu beberapa kali terlihat menguap, pandangan matanya terlihat sudah lelah dengan pembahasan ini. Posisinya berada tepat di sebelah kanan sang atasan, meskipun begitu, tidak ada ketakutan sedikitpun dalam dirinya ketika terang-terangan menunjukkan sikap bosannya.

Gadis itu menyodorkan sticky note berisi sebait kata pada atasannya. "Kapan selesainya, pak?" tulisnya pada kertas tersebut.

Bibirnya seketika menarik sebuah senyum tipis, meski tipis, para karyawan dan karyawati di sana masih bisa melihat senyuman itu. Senyuman tipis milik Arkan membuat para karyawati menjerit tertahan, mereka tidak bisa berteriak dengan kencang bukan? Mereka seperti memenangkan lotre pagi ini, akhirnya mereka bisa melihat senyuman milik sang Presdir setelah sekian lama bekerja di Bagaskara Group.

Melihat gerak-gerik para karyawati yang hampir saja hilang kendali, akhirnya Arkan menghilangkan senyumannya, mengembalikan ekspresi wajahnya kembali seperti semula—ekpresi datar. Hal itu membuat para karyawati mendesah tak rela, mereka belum puas memandangi wajah tampan dengan senyuman sang atasan.

"Rapat kali ini kita cukupkan sampai sini saja. Untuk drafter, tambahkan taman disekitar gedung, lalu tambahkan juga sebuah taman bermain untuk anak. setiap ada pembangunan rumah sakit, tolong tambahkan taman dan taman bermain," permintaan itu adalah hal baru untuk atasannya.

"Baik pak," ucap karyawan dibidang drafter. Biasanya, Arkan tidak pernah meminta sesuatu untuk dibangun didekat bangunan yang perusahaannya buat.

Untuk Arkan sendiri, pria itu teringat pembicaraannya dengan Rahma tiga hari yang lalu, ketika mereka duduk didekat taman bermain anak.

**Flashback on**

"Kau suka anak kecil Rahma?" tanya Arkan pada gadis di sebelahnya. Mereka sedang duduk disalah satu bangku dekat taman bermain anak. Pandangan mereka sama, menatap ke arah sekumpulan anak berusia di bawah enam tahun. Anak-anak tersebut terlihat sedang menaiki berbagai permainan anak, mulai dari ayunan hingga perosotan.

Mr. BurgerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang