***41. Undangan***

61 2 0
                                    

Hati-hati typo(◍•ᴗ•◍)

Kalau ada kesalahan kata, kekurangan kata dll, silahkan komen. Agar bisa langsung diperbaiki ☺

...

#Indramayu || 14.30

Cuaca di Indramayu siang ini benar-benar sedang panas sekali. Kata orang, kalau matahari sedang sangat terik bisa jadi nanti malam akan hujan. Maka dari itu, Rahma yang saat ini masih berada di Indramayu benar-benar malas untuk sekedar mencari angin di luar rumah.

Gadis itu tidak ingin kulitnya tersengat panas matahari, meskipun ia tidak takut kulitnya akan menggelap. Gadis itu dengar kalau sinar ultraviolet cukup berbahaya bagi kulit kalau terlalu sering terpapar. Maka dari itu, ia tidak ingin keluar. Lebih baik mencegah daripada mengobati bukan?

"Ey, ngelamun aja," suara itu berhasil membuat lamunan Rahma buyar. Wanita cantik berkepala tiga itu tersenyum menatap adiknya yang sudah sangat berbeda.

Adiknya yang dulu sering ia jahili sekarang sudah dewasa. Tumbuh menjadi gadis manis yang ia rindukan masa kecilnya.

Tangan wanita itu mengelus puncak kepala adiknya, ia tidak tahu apa yang sedang adiknya itu pikirkan. Hingga, kerap kali ia memergoki adiknya sering melamun dihadapan jendela, atau tempat lain.

Sudah terhitung empat hari adiknya berada di sini, empat hari itu juga ia terus-menerus melihat raut bingung tergambar jelas di wajah adiknya. Rasa sakit pasca persalinan tidak ia hiraukan, ekspresi tak wajar adiknya berhasil membuat rasa nyeri itu sedikit berkurang.

"Teteh kenapa jalan ke sini? Kalo ada yang diperluin panggil dede aja," ucap Rahma mengalihkan pembicaraan.

"De, kamu pikir teteh gak peka sama ekspresi sendu kamu? Kenapa? Cerita sini, Jangan dipendam sendirian," balas Myra berusaha meyakinkan.

Melihat kekhawatiran di mata kakaknya, akhirnya Rahma mau menceritakan apa yang selama ini ia pendam. Tentang perasaan terhadap atasannya, tentang mantan atasannya, dan lainnya. Gadis itu menceritakan setiap detail permasalahan yang ada dalam hatinya itu, tanpa ada yang dikurangi sedikitpun.

"Jadi, alasan kamu pulang selain mau jenguk teteh, kamu juga mau nenangin hati? Terus gimana? Udah tenang?" tanya Myra memastikan. Mendengar pertanyaan kakaknya, Rahma hanya bisa menggeleng karena ia pun juga ragu dengan hatinya.

Hatinya memang masih belum tenang, tapi masa iya Rahma harus terus-terusan di sini. Apalagi ia meninggalkan pekerjaannya, yang bahkan kemungkinan besar sudah menumpuk karena Naomi kesulitan mengerjakan sendirian.

"Dengerin teteh, semua keraguan yang ada dalam hatimu itu membutuhkan jawaban. Jawabanpun tidak akan pernah ada jika kamu tidak bertanya. Solusinya, kamu harus tanyakan pada pertanyaan yang selama ini ada dalam pikiranmu. Tanyakan itu, bila perlu ungkapkan semuanya. Teteh yakin, jawaban yang selama ini kamu cari pasti akan kamu dapatkan, semua pertanyaan dari suatu keraguan pasti memiliki jawaban," ucapan kakaknya benar, semua pertanyaan pasti memiliki jawaban.

Karena mendengar nasehat dari sang kakak. Keraguan dalam hati Rahma sudah sedikit membaik, gadis itu memeluk kakaknya.
"Makasih buat solusinya ya teh," setelah pelukan mereka terpisah, dua orang perempuan itu mulai pergi meninggalkan jendela menuju ruang keluarga.

🍔🍔🍔

#Indramayu || 15.30

Sore harinya, Rahma memutuskan untuk kembali ke Bandung. Atasannya sudah berbaik hati memberinya cuti lima hari, maka dari itu di hari ke empat ini ia akan kembali. Agar ketika mulai bekerja nanti ia tidak kelelahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. BurgerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang