***20. Ajakan Tiba-Tiba***

161 23 3
                                    

Yuhuuu i'm Comeback again ^^
Aku tuh mau kasih liat kalian tokoh buat Mr burger, cuma susah, belum ada yang cocok
Sama yang ada difikiranku:(
Kalo ada yang cocok, aku pasti bakal kasih tau kalian deh suer ✌

Jadi, tetap stay yaaaahhh, semoga suka....

Hati-hati typo hehe...
Happy reading...

...

Ia salah, ia kira suasana canggung sebelumnya akan hilang dengan cepat, namun ternyata, tidak. Ternyata suasana canggung itu terus berlanjut sampai dimeja makan, gerakan-gerakan kaku selalu gadis itu tunjukkan, beberapa kali Harun-ayah Arkan melontarkan berbagai macam candaan khas orang tua padanya, pria setengah baya itu tampak ramah padanya.

Sedangkan Risa-ibunda Arkan juga beberapa kali selalu menambahkan lauk di atas piring gadis itu, setelah gadis itu menolak secara halus, baru Risa berhenti memberinya lauk, wanita setengah baya itu juga menyambutnya dengan senyum hangat dan ramah. Meskipun begitu, ia tak bisa dengan mudah menghilangkan rasa canggung yang ia rasakan, ini pertama kalinya gadis itu merasakan makan dimeja yang sama dengan orang lain selain keluarga dan sahabatnya, apalagi yang berada satu meja dengannya adalah keluarga atasannya.

"Awww," ringis Arkan. Pria itu menahan sakit pada lututnya, sepasang mata milik orang tuanya menatap padanya, berusaha mencari tahu alasan putra mereka meringis tadi.

"Kenapa kan?" tanya Harun. Pria setengah baya itu meraih gelas berisi air putih yang berada di hadapannya, lalu menenggak air tersebut secara perlahan.

"Gak papa pah, tadi lidah Arkan gak sengaja kegigit," setelah mendengar balasan sang putra, Harun dan dan istrinya kembali melanjutkan sarapan mereka yang terhenti tadi.

Setelah memastikan orang tuanya kembali pokus pada sarapan mereka, netra milik Arkan tiba-tiba menyorot tajam kepada pelaku penendangan lututnya tadi, pria itu menaikkan sebelah alisnya sebentar, masih menatap pada tempat Rahma berada.

Mendapat tatapan tajam, gadis itu menyengir. Mengucapkan kata maaf tanpa suara pada atasannya tersebut. Sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar ia bisa keluar dari situasi canggung ini, ia sungguh tak betah.
Ditengah kebingungannya yang sudah naik ke tingkat atas, matanya tiba-tiba menatap sang atasan yang sedang berbalas candaan dengan ayahnya, maka dari itu ia menendang lutut sang atasan dari bawah meja tadi. Yang bisa mengeluarkan ia dari suasana canggung ini hanya atasannya saja.

Meja makan yang lebar membuatnya lebih leluasa untuk menjangkau kaki panjang milik Arkan, sebelum menendang, gadis itu lebih dulu melepas sepatu pantofel miliknya, berjaga-jaga agar celana bahan milik sang atasan tidak kotor karena kakinya nanti.

"Kalian kapan nikah?"

"Ukhuk," pertanyaan yang dilontarkan Risa secara tiba-tiba membuat Rahma tersedak daging sapi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya, melihat itu, Arkan dengan sigap langsung menyodorkan air pada Rahma.

Nikah? Belum ada kata nikah dalam kamus hidupnya, ia masih ingin mengumpulkan uang yang banyak dan membahagiakan ibu dan kakaknya, mengelola kafe-kafe miliknya, dan yang terakhir, ia masih ingin bebas. Bebas menjalani hari-harinya, bebas melakukan apapun tanpa harus dibebani dengan ikatan sakral pernikahan.

"Maaf tante, sebelumnya saya minta maaf, saya sebenarnya bukan kekasih pak Arkan, saya hanya asisten dan sekretarisnya saja," ucap Rahma. Semoga hal yang ia ucapkan tadi bisa dimengerti oleh orang tua sang atasan, kalau kesalahpahaman tadi terus berlanjut, pasti nanti akan memunculkan suatu hal yang rumit atau mungkin akan memunculkan hal yang buruk, Rahma tidak mau itu terjadi.

Mr. BurgerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang