Hallo Calla, how are you?^^
Jangan lama-lama langsung baca aja deh. Borahae💜Hati-hati typo gaess^^
...
"Saya benar-benar lupa Pak, saya minta maaf," kalimat itu sudah beberapa kali terucap dari mulut Rahma semenjak mereka keluar dari ruang penyimpanan sekitar 20 menit yang lalu sampai sekarang. Selama 20 menit itu juga, Arkan sama sekali tidak menggubris ucapan Rahma yang terus meminta maaf padanya. Entahlah, sepertinya ia sedang sedikit kesal.
Atau mungkin ini adalah karma? Karma karena ia sudah mengerjai Rahma kemarin sampai-sampai gadis itu kesal padanya. Sepertinya ini memang karma untuknya, ungkapan tentang 'karma yang tidak pernah salah sasaran' ternyata benar adanya. Kemarin ia sudah membuat Rahma kesal, dan sekarang malah ia yang sedang kesal karena gadis itu.
Sebenarnya, bukan sepenuhnya salah Rahma yang membuat mereka terkunci di dalam ruangan penyimpanan berkas. Rahma benar-benar sangat panik hingga ia melupakan fakta tentang ia yang membawa kunci cadangan ruang penyimpanan di dalam tasanya. Ditambah, Arkan juga ambruk kemarin, membuat kepanikan Rahma yang semula sudah sedikit mereda kembali naik karena hal tersebut.
Memangnya siapa yang tidak akan panik, kalau mengetahui atasan atau orang yang kalian kenal tiba-tiba ambruk tidak sadarkan diri di hadapan kalian langsung? Sedangkan saat itu tidak ada siapa-siapa dan hanya ada kalian berdua saja di sana. Ketika orang mengalami hal tersebut, mereka pasti akan panik. Karena kepanikan tersebut, alhasil hal yang seharusnya diingat otomatis menjadi dilupakan. Kepanikan bisa membuat orang melupakan hal-hal penting yang seharusnya mereka ingat.
"Bapak jangan marah-marah terus, nanti cepet tua," sepertinya ucapan Rahma kali ini berhasil membuat kefokusan Arkan sedikit mengendor dari layar ponselnya. Pria itu melirik ke arah Rahma, menatap gadis itu dengan pandangan sedikit datar, kemudian mengalihkan pandangannya ke layar ponsel lagi.
"Saya tidak marah-marah juga cepat tua, menghadapi kamu kan mengurangi umur," balas Arkan sinis. Rahma menganga tak percaya mendengar ucapan sinis yang Arkan tujukan untuknya, mengurangi umur? Dia? Wah, sepertinya ini perlu diluruskan.
"Lah, kok jadi saya yang buat Bapak jadi tua. Bukannya Bapak yang sering buat saya marah-marah ya, gak ngaca deh," ucap Rahma jutek. Gadis itu menyilangkan tangannya, mata cokelatnya memicing menatap Arkan, lalu sedetik kemudian gadis itu menghembuskan napasnya perlahan.
"Rahma," panggil Arkan, pria itu kambali mengalihkan perhatiannya ke arah Rahma.
"Iya Pak," jawab Rahma, gadis itu tersenyum palsu ke arah Arkan. "Kenapa?" Lanjutnya.
"Kamu masih mau kerja jadi asisten saya atau tidak?" tanya Arkan. Mendengar pertanyaan yang Arkan tujukan untuknya, membuat Rahma langsung berpura-pura berpikir. Gadis itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada dagu miliknya, menggoda Arkan sepertinya bukan pilihan yang buruk. Gadis itu menyeringai.
"Uhm, kalo boleh jujur. Sebenarnya saya cuma mau gajinya aja Pak," yang Rahma ucapkan tidaklah benar. Gadis itu sudah terlanjut jatuh cinta dengan pemilik perusahaannya, oleh karena itu ia tidak mungkin keluar dari pekerjaan ini. Sebenarnya bukan karena pemiliknya juga, gaji di Bagaskara Group bisa dibilang lumayan besar, kalau ia sampai keluar dari pekerjaan ini, bisa dicapai konyol ia nanti.
Beberapa saat setelah mengatakan kalimat tadi, Rahma pun akhirnya terkekeh. Wajah Arkan langsung berubah masam ketika mendengar ucapan Rahma yang hanya ingin gajinya saja. Wajah Arkan yang berubah masam cukup menggelitik perutnya, tampak lucu dan menggemaskan menurutnya. "Saya cuma bercanda Pak," ujar gadis itu, kemudian terkekeh kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Burger
RomancePertemuan diantara mereka tidak bisa dibilang mulus, seperti pertengkaran kecil yang mereka alami hanya karena sebuah burger berhasil membuat mereka terikat dalam lingkaran yang sama. Hingga sebuah perasaan asing melingkupi hati mereka masing-masing...