sudah malam hari, namun (Name) belum juga menginjak kediaman nya. hal itu membuat seisi rumah cemas.
Ran sedari tadi mondar-mandir di depan sofa seperti gosokan panas. Kokonoi tidak bersemangat menghitung duit nya, baru kali ini dia tidak bersemangat mengenai duit.
Kakucho memperhatikan Manjiro yang sedang memakan dorayaki dengan lesu, kelahapan nya hilang begitu yang Kakucho pandang.
setelah itu ia pergi ke ruang tamu, yang lain nya bergeletak di lantai dengan wajah tertekuk.
"(Name) belum pulang?" tanya nya kepada semua yang mendengar.
Kakucho hanya bisa melihat Sanzu yang menggeleng mengenai pertanyaannya.
Kakucho kembali ke dapur, menyimpan masakan nya dalam lemari dingin.
"padahal kemarin kau meminta ini.." Kakucho membatin memperhatikan pie stroberi yang dia buat barusan.
Manjiro bangkit dari duduk nya, "aku akan menyusul (Name)." final nya setelah bergelut dengan pikiran negatif nya tentang (Name) saat ini.
"tapi kau belum pulih total Mikey." Takeomi mengingatkan.
"aku tidak perduli."
Manjiro berjalan menuju pintu, yang lain hanya bisa melihatnya dalam diam. saat ingin menarik gagang pintu seseorang sudah melakukan nya duluan dari luar.
"papa?"
begitu (Name) terlihat Manjiro langsung menyambar tubuh nya dalam dekapan.
"lama sekali." raja kriminal itu mengelus surai sepundak anaknya dengan lembut.
"maaf papa, sepertinya dia memang kuat."
seluruh petinggi Bonten langsung mengerubuni (Name).
"(Name) kau tidak apa apa?! apa ada yang luka atau patah tulang!?"
(Name) tersenyum tipis, "tidak ada, aku hanya mendapat luka kecil. yaa hanya seperti jatuh dari sepeda."
Manjiro melepas pelukan nya, "dia sudah mati?"
"ah ya maaf papa, aku tidak langsung membunuh nya. ada yang harus aku tunjukan kepada kalian, sekarang dia berada di ruang eksekusi dan mungkin sudah sadar dari pingsan nya."
Manjiro mengangguk paham ia menuntun (Name) ke ruang eksekusi, "ayo."
petinggi Bonten yang lain menyusul mereka, dari belakang. setelah pintu ruangan terbuka mereka bisa melihat dengan jelas wanita dewasa dengan kaki dan tangan terikat, mulutnya terlakban. tubuh nya meringkuk tak berdaya di lantai, rambut nya berantakan sampai mereka tak bisa melihat wajah nya dengan jelas.
Manjiro dan (Name) masuk terlebih dahulu, disusul dengan Akashi bersaudara dan yang lainnya.
Sanzu berjongkok di depan wanita itu, menyingkap lalu menjambak rambut wanita itu dengan kencang. si nomor dua Bonten melakukan hal itu ingin mengecek, apakah orang yang (Name) tangkap betul atau salah.
bisa saja (Name) menyuruh orang lain untuk menggantikan mama nya kan.
setelah itu Sanzu menjauh dari wanita tersebut.
"apa yang ingin kau tunjukan (Name)?"
mendengar pertanyaan Takeomi (Name) mendekat ke arah wanita yang ia bawa.
"aku tau kau sudah sadar, jangan pura-pura." (Name) menendang tubuh itu dengan cukup kencang.
si wanita tersenyum sinis, ia berusaha duduk dengan kaki tangan terikat. (Name) membuka lakban dimulut wanita dengan kasar.
"kau berkerja sama dengan siapa?"
"bukan kah kau sudah tau kenapa masih bertanya kepada ku?"
(Name) memukul kepala mama nya dengan keras dan menatap nya tajam.
"haik.. haik.. aku berkerja sama dengan Chifuyu dan Naoto."
"dan."
"ehh.. kau sangat tau ya (Name). ya dan Takemicchi."
petinggi Bonten bergeming, kecuali Manjiro. sepertinya dia sudah tau akan hal ini.
Kokonoi kalut dalam pikiran nya sendiri, apakah Seishu juga berkerja sama? apakah Seishu ikut dengan wanita ini? kira-kira begitu pertanyaan didalam pikiran nya.
"dimana Takemicchi." suara (Name) terdengar mengidentifikasi.
"kau sudah tau (Name), aku tidak perlu tunjukan.. sekarang bunuh lah aku, cepat, agar kebencian mu membara." Mama (Name) tersenyum miring.
(Name) mendecih, "aku tidak akan memaafkan mu."
"bunuh dia (Name)." perintah Manjiro kembali.
(Name) mengeluarkan senjata api dari balik rok pendek nya, jika kalian ingat dibalik rok itu (Name) hanya menyimpan pisau lipat. senjata api itu dia dapatkan di laboratorium milik Mama nya tadi, dia tau semua senjata yang ada disana bukan sembarang senjata di pasaran, jadi dia bawa pulang beberapa.
"kau akan mati dengan senjata mu sendiri." ucapan terakhir (Name) kepada Mama nya.
DOR DOR DOR!!
tiga tembakan mengenai dada sang musuh yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai. Ran, Rindou, Sanzu dan (Name) tersenyum puas.
namun sang musuh juga ikut tersenyum di tengah-tengah sakarat nya.
(Name) melihat sesuatu dibalik genggaman tangan si musuh, ia mengambil nya lalu memperhatikan dengan cermat.
setelahnya ia terkejut dan langsung meremas kencang benda itu sampai lecak.
sebuah foto dirinya kecil bersama Mama nya, kenangan yang buruk.
dan kini orang itu sudah mati ditangan nya, orang yang melahirkan (Name) kedunia sudah pergi ke alam sana, orang yang mempertemukan (Name) dengan petinggi Bonten.
Manjiro menghampiri (Name), "dia ibu mu (Name)."
ucapan Manjiro barusan terdengar seperti peringatan, hei bukan kah itu terlalu terlambat. tentu saja! Mama (Name) sudah mati atas perintah nya!
dengan senang nya (Name) menjawab, "apa aku terlihat peduli? aku tidak memandang siapapun yang telah melukai papa ku. semuanya sama, sampah."
seketika jantung (Name) berdetak lebih kencang dari biasanya, perasaan lama muncul lagi.
sialan, apa yang dia masukkan kedalam tubuhku lagi? batin (Name).
setelah itu (Name) dan para petinggi Bonten kembali memasuki mansion, tidak perduli dengan bau amis darah yang keluar dari mayat ibu (Name).
TBC
mau double!
010122
KAMU SEDANG MEMBACA
KIDS ᭝ BONTEN ✓
Fanfiction⭒𝐁𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧 𝐱 𝐊𝐢𝐝 𝐅𝐞𝐦𝐚𝐥𝐞 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫⭒ gambaran ketika organisasi kriminal terbesar di Jepang mempunyai anak hasil pelacur yang mereka sewa. ❝ aku tidak akan pernah percaya kepada mu Mama. ❞ ⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘ ‣ tidak mengikuti alur manga m...