Lebih Dekat

3.4K 202 9
                                    

Malam sebelum tidur, aku pun mengechat Bani karena ingin menanyakan apa maksudnya ngasi aku duit 50 ribu tadi sore.

Me : "P"

Bani : Ya, siapa?

Me : Kenapa kau memberiku 50 ribu

Bani : O Bang Adri, sebagai ucapan terima kasih udah menemani.

Me : Aku gak suka, apa aku ini teman bayaran?

Bani : Maaf bang, aku gak bermaksud begitu, aku lihat tadi abang begitu kesal karena uang abang terpakai.

Me : Itu urusanku dengan adikku Ban, jangan mengambil alih tanggung jawab orang lain!

Tiba-tiba HP ku berdering dan bergetar. Sebuah Video Call masuk, dari Bani.

Aku gugup sesaat, waduh aku yang tadinya jengkel malah jadi salah tingkah. Aku pun mengangkat video call itu dengan dada berdebar-debar, sumpah demi Tuhan dalam setahun ini Bani jadi orang kedua yang mengajakku VC setelah Ridho.

"Hai bang" sapanya lewat layar ponsel dengan wajah semanis mungkin, dan itu malah membuat hatiku berdesir. Bani terlihat lebih tampan di sana dengan rambut acak-acakan.

"I..iya" Aku tergugup.

"Maaf ya, pliss" Ucapnya.

"Ya udah oke" Astaga dalam momen berharga seperti ini aku hanya menjawab dengan singkat dan padat.

"Sebagai permintaan maafku, abang boleh memintaku melakukan apapun" ucapnya lagi.

"Sialan, dia pikir aku ini anak SD apa yang harus dikasih permen biar berhenti menangis" Syara hatiku mendumel, namun kalian tau apa yang dipinta oleh otak mesumku? "Suruh dia coli Adri, ajak VCS" emang otak-otak lendir.  Aku segera menepis pikiran cabul itu.

"Bani, aku ini bukan anak kecil. Gak perlu pake menyogokku segala"

Di screen ponselku kulihat Bani tertawa, dan itu benar-benar pemandangan kebahagiaan yang indah, diam-diam cepat ku screen shot.

"Makanya abang pacaran biar tau rasanya gimana? apalagi ketika digombalin" Sahut Bani.

Ya ampun, bahkan Banipun sama saja seperti yang lain. Menyuruhku pacaran? Aku yang tadinya senang, menjadi down seketika. Lagian dia juga, udah tau aku jomblo kenapa gak nawarin diri ngajak pacaran.

"BTW siapa itu Ridho?" Tanya Bani setelah dia melihat wajahku berubah ketika membahas pacar, mungkin dia ingin mengalihkan pembicaraan dan mengembalikan mood ku.

"O dia teman baikku. Hanya dia satu-satunya temanky"

"Serius? Masa sih teman abang cuma satu?" Tanya kaget tak percaya.

"Maksudku teman dekat, kalau teman asal kenal sih banyak" Kilahku pula, padahal faktanya, ya memang cuma si Ridho sohibku.

"Kalau aku kira-kira bakal masuk ke list teman dekat atau teman asal kenal?" Pertanyaan Bani itu kembali membuatku tak menentu. Mungkinkah dia mengharapkanku?

"Bani, kita baru sehari jalan bareng. Aku dan Ridho sudah bertahun-tahun"

"Kalau begitu ayo kita buat pertemanan yang lebih lama dan lebih dekat" Ku lihat wajah Bani sedikit merunduk ketika
mengucapkan kata-kata itu.

’Lebih lama dan lebih dekat’ aku kembali mengulangi ucapannya itu. Seulas senyum entah mengapa menyeruak di bibirku, langsung ku
hadiahkan kepada Bani
***

Dua hari berikutnya Bani kembali datang untuk menjemput lingkar motornya yang sudah selesai diwarnai. Aku tau dia datang, aku sudah kenal suara motornya, suara tawa dan tutur katanya yang terdengar renyah di bengkel kecil sebelah rumah. Aku ingin keluar namun rasanya malu, apalagi aku tau diluar sana tak hanya ada adikku dan Bani, tapi juga teman-teman adikku
yang lain. Aku memang tidak biasa duduk di tengah kerumunan banyak orang. Aku memutuskan berdiri bersandar di dekat pintu dapur
sambil memandang pohon hias di belakang rumah. Tiba-tiba ku lihat dia berjalan di sana, menuju sekelompok pohon pisang seorang diri. Aku bisa menebak nih anak pasti kebelet kencing, tapi tak jadi karena percuma, toh banyak anak-anak yang sedang bermain di sana. Bani tampak memandang berkeliling
mencari tempat tersembunyi yang tepat untuk mencurahkan kencingnya.

"Mau ngapain?" Tanyaku sedikit keras agar dapat didengarnya.

Bani kaget, begitu tau kalau yang memanggilnya adalah aku, bibir tipisnya langsung tersenyum disertai tatapan mata malu-malu.

Sumpah itu indah, cute, seksi semua jadi satu dan berhasil mendinamit jiwa ragaku, mataku merekamnya dengan sempurna dan langsung menyimpannya ke otakku. Bani datang menghampiriku.

"Kau ini malu-maluin, kenapa harus kencing di sana, rumah ini ada WC nya" Tawarku.

"Makasih bang, tapi kalau gak begitu tak mungkin aku melihat abang pemaluku yang satu ini" Ucap Bani lagi-lagi tersenyum. Lalu dia
cepat masuk ke dapur dan menuju toilet tanpa perlu diberitahu letaknya.

Aku masih shock mendengar ucapannya.
"Abang Pemaluku?" ulangku sekali lagi, dan itu sukses membuat wajahku memerah.

Daya hayalku pun terbang entah kemana. Aku baru sadar ketika Bani menepuk pundakku. Ternyata dia telah selesai.

Ku ajak dia ngobrol sebentar.
"Udah lama kau datang Ban?"

"Udah, abang sih gak mau keluar ikut gabung gitu"

"Ah buat apa? Banyak gak kenal" Jawabku malas, ya iyalah mana mau aku gabung sama teman-teman adikku yang selalu ngebahas modif motor dan cewek.

"Makanya kenalan" Ucap Bani.

"Aku rasa tak cukup penting kenal lebih dalam dengan mereka" Kilahku cepat.

"Kalau denganku?" Tanya Bani dengan lirikan mata menyelidik. Aku tergagap bingung mau ngomong apa.

"Ya udah, aku ke bengkel bang, gak enak sama teman yang lain" Ucap Bani, sebelum pergi dia mengusap rambutku.

Dan itu langsung menjadi serangan hebat ke jantungku. Akhirnya
Bani meninggalkanku yang hampir pingsan diperlakukan seperti tadi.
***

Sampai siang masih ku dengar suara Bani di luar sana. Seperti biasa, tepat jam 2 tukang bakso langgananku lewat, tapi aku tak memanggil karena memang lagi gak kepingin. Namun kudengar anak-anak bengkel memanggil si abang bakso.

"Plung" Ku dengar ponselku berdering, ada WA dari Ridho

"Bang Dri, keluar yuk. temani aku cari kado buat cewekku" Isi chatnya.

"Oke" balasku.

"Tunggu 3 menit aku sampe" balas Ridho pula, rumah kami memang dekat.

Sebentar saja Ridho sudah sampai dan dengan ciri khasnya,  dia pun mengklakson dari Vario_nya, aku keluar menemuinya.

"Sekarang?" Tanyaku.

"Ya iyalah" Ucap Ridho sambil memperhatikan gaya rambutnya lewat spion.

"Bentar aku ganti kaos dulu" aku berlari ke dalam rumah, membuka kaosku dan mengganti dengan kaos baru yang kuambil asal. Lalu cusss, aku dan Ridho pun pergi tanpa pamit.
***

Malamnya aku duduk di teras rumah sambil menonton adegan romantis bl series dari youtube. Namun tiba-tiba HP ku berdering pertanda ada pesan masuk, dari Bani.

Bani : Tadi kemana bang?

Me : ke toko kado, nemanin Ridho.

Bani : Terus?

Me : Nongkrong makan kolak dingin.

Bani : Setelah itu?

Me : Mabar Mobile Legend dan ngobrol.

Bani : Tadi aku membelikanmu bakso, aku tau itu kesukaanmu tapi kau malah pergi. Jadi baksonya ku buang.

Me : Lho kok dibuang?

Bani : Udah gak enak! Aku akan install ML dan mulai sekarang kau harus mabar denganku setiap hari.

Me : Lho?

Setelah itu Bani Off. Aku jadi bingung nih anak kenapa. Gelagatnya benar-benar mengherankan.
***

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang