Panas Terpanggang

2.3K 121 5
                                    

Kalian tahu akhirnya rencana kami untuk nge camp terpaksa batal dan buntu, setiap tempat yang kami usulkan selalu saja ada yang tidak suka.

"Ah sudahlah, susah memang kalau sudah begini. Ke pantai Adri gak suka, katanya pantai daerah sini airnya kotor berlumpur. Ke air terjun si Risky yang gak mau, serem kalau nge camp di tengah hutan dekat air terjun. Ke Danau Toba katanya kejauhan" Sewot Risky yang aku dan Ridho sambut dengan mengekeh geli.

Tiba-tiba aku mendengar ponsel yang sedang ku charger berdering. Dari Aji ternyata, anak bos ditempat aku bekerja.

"Hallo Ji, tumben. Emang udah pulang dari Jawa?" Tanyaku.

"Udah, tapi aku pulang sendirian, males lama-lama di sana. Lagian seram aja rumah ditinggal lama-lama, soalnya yang jaga nempatin sementara sepupuku yang berandal"
Jawab Aji dari seberang telepon.

"Oh berarti dikit lagi grosir mulai buka lagi dong?" Tanyaku pula.

"Ah enggak, gak usah buru-buru. Aku sendiri belum puas liburannya, btw besok ada acara gak?" Tanya Aji.

"Hemmm gak tuh" Ucapku cepat.

"Malam ke rumah ya, kita manggang-manggang ayam, soalnya besok hari ulang tahunku. Tenang, gak rame kok, cuma teman-teman dekat yang ku undang. Sekalian karokean kita" Ajak Aji mengundangku.

"Oh okelah kalau begitu, kalau aku ngajak teman-temanku boleh gak?" Aku langsung memikirkan akan mengajak Ridho, Risky, dan Bani pastinya, ya mudah-mudahan Bani dan Risky bisa akur dan gak musuhan lagi.

"Oke ajak aja, ajak pacar juga boleh. Udah dulu ya aku mau persiapin buat acara besok"  Aji menutup telepon.

Segera aku menceritakan ajakan Aji barusan kepada kedua temanku.

Ridho langsung antusias, anak satu ini memang tak tahan godaan ajakan buat makan-makan.
Risky sendiri akhirnya mengangguk.
***

"Apa? Manggang-manggang ayam di rumah Aji, terus ada Risky juga? Yang benar saja? Gak, enggak boleh! Kau juga aku larang ke sana!" Protes keras Bani begitu aku menelponnya ketika Risky dan Ridho pulang.

"Ayolah Ban, gak enak dong, Aji itu bosku"

"Lebih penting bos apa pacar sendiri?" Cecar Bani di telepon, agaknya dia masih marah.

"Jangan gitu lah, gimanapun selama ini Aji udah baik samaku, kalau enggak pasti sampai sekarang aku masih jadi pengangguran" Aku mencoba memujukknya lagi.

"Huhhh, aku akan carikan kau pekerjaan baru nanti" Bani masih belum mau mengalah.

"Aku udah nyaman kerja di sana" Ucapku pula.

Ku dengar suara Bani kembali mendengus, "Terserahlah, oke aku ikut tapi awas saja kalau si Risky berani curi-curi kesempatan samamu. Ku pecahkan kepalanya!"
***

Esoknya setelah menyiapkan kado berisi hooddie yang menurutku akan pas buat Aji, aku menunggu kedatangan dua kerocoku, Ridho dan Risky, dan tak lupa pula Bani.

Tepat selesai maghrib, Ridho orang pertama yang hadir, ah ternyata dia membawa pacarnya si Diah. Aku lumayan dekat sama Diah, bahkan sering kali Diah mengadu samaku kalau lagi ribut sama Ridho. Diah langsung menyapaku dengan ramah. Aku mengangguk dan membalas sapaannya. Tak lama kemudian muncul Risky seorang diri, yang entah mengapa menurutku kali ini penampilan Risky terlihat lebih keren dari biasa.

"Lama amat si Bani?" Tanya Risky begitu tau kalau si Bani belum hadir.

Kira-kira tujuh menit kemudian ku dengar suara motor Bani mendekat, dan ya ampun benarkah penglihatanku ini? Bani datang tidak seorang diri, melainkan bersama Putri.

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang