Sekarang aku sudah hafal, dalam seminggu tiga kali Bani datang, Kamis, Sabtu dan Minggu. Ada-ada saja alasannya, kangen bengkel adikku lah, bawa helm orang buat dicat, hanya sekedar main dan entah alasan apa lagi. Herannya jika ada adikku dan teman-temannya dia
cuek padaku, walau matanya sesekali melirik jika kebetulan aku sedang keluar rumah. Seperti siang itu waktu aku menjemur cucian, ku lihat dia melirik sambil tersenyum, aku cuma membalas dengan senyum kecil. Sedikit kikuk karena waktu itu aku sedang menjemur celana dalam. Ketika aku bersiap masuk ke rumah ku dengar bengkel adikku ramai oleh suara motor. Lalu terdengar suara adikku memanggil."Bang Dri, ini ada temanmu datang!" Teriak adikku.
Aku terdiam sambil berpikir kira-kira siapa yang datang. Aku pun keluar menemui tamu itu dengan hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan bokser. Ada empat orang dan satu diantaranya adalah Fadli, teman SMP ku itu.
Ku lirik sebentar Bani, terlihat dia memandang lekat pada Fadli dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Hei Fad, lah kok datang mendadak?" Sapaku pada Fadli.
"Hahahah iya nih ada perlu. Aku lupa minta nomor mu ketika reunian kemarin hari, untung aku masih ingat rumahmu" Jawab Fadli.
"Mau di dalam atau di sini aja ngobrolnya?" Tawarku.
"Di sini saja, aku suka suasana halaman rumahmu. Sejuk, banyak pohon dan tanaman hias"
Aku ajak Fadli dan tiga temannya duduk di kursi bawah pohon rambutan. Desi adik iparku masuk ke rumah untuk membuatkan
minuman."Oh iya ini kenalin temanku, ini Rico, Alex, dan Yudi" Fadli menunjuk temannya satu persatu sambil menyebutkan namanya.
Akupun ganti menyebut namaku sambil menjabat tangan mereka bergantian.
"Gini, Dri. Kau tau kan dulu aku ini suka kali nge-Band, bahkan aku bermimpi pingin bikin band sendiri, nah ternyata kesampaian, aku dan teman-temanku ini punya band namanya D’Good Sinner" Fadli mulai mengutarakan maksud kedatangannya, ucapannya terpotong karena Desi adik iparku membawakan teko berisi sirup dan sepiring gorengan.
"Nama Band mu aneh, artinya Pendosa yang baik" Ucapku pula.
"Hehehe makna nama band itu adalah kita ini semua pendosa tapi tetap ada sisi baiknya" Jelas Fadli.
Tiba-tiba ku dengar suara Bani terbatuk entah batuk sungguhan atau sekedar batuk mengejek, aku melihatnya sekilas, Bani cuma nyengir cuek pura-pura tak lihat.
"Aku baru tau kau pandai berfilsafat" Ucapku pada Fadli. Ku tatap mata sipitnya, Fadli pun tersenyum manis.
"Nah jadi masalahnya, kami akan ikut dua festival band dalam waktu sepuluh hari, yang pertama festival yang diselenggarakan kampusku, nah festival ini mewajibkan kami membawakan lagu Bahasa Inggris buatan sendiri. Lalu yang berikutnya Festival Band se kabupaten yang diselenggarakan Dinas Pemuda. Sialnya saat-saat penting begini vokalis kami Aji, baru mengalami kecelakaan, kakinya patah dan lengan kanannya terkilir. Untuk beberapa waktu dia harus vakum"
"Terus hubungannya dengan aku apa?"
"Kami perlu vokalis cadangan, dan aku rasa kau cocok" Ucapan Fadli itu sukses membuatku terbatuk karena keselek tatkala aku tengah meminum sirup, ku semburkan sirup yang sempat masuk ke mulutku.
"Kau gila, Fadli!" Gerutuku.
Adikku, Bani dan teman-temannya tertawa melihat ekspresi kagetku barusan, karena semburan sirup dari mulutku hampir menciprati wajah tamu-tamuku.
"Ayolah, waktu direunian kemarin aku udah dengar suaramu, teman-temanku juga udah menonton videonya, mereka setuju, cuma sekali saja kok. Kami akan membayarmu dengan pantas" Tawar Fadli.
Aku mulai bimbang, sebenarnya aku perlu juga sih uang, cuma untuk menjadi vokalis band, rasanya aku tak pantas.
"Jadi vokalis band gak gampang bang, kau harus punya kharisma di atas panggung, punya energi dan komunikasi yang bagus dengan penonton, kalau tidak kau akan disoraki bahkan dilempar botol" Adikku yang ikut mendengar pembicaraan kami malah menakuti ku, tapi emang adikku benar, karena dulu adikku juga pernah bikin band sebelum merid.
"Jangan khawatir, kami akan ajari dan bimbing kamu" Untuk pertama kali Alex teman Fadli membuka bicara.
"Begini saja kita coba dulu, aku ikut latihan, kalau kurasa cocok dan kalian juga klik aku ambil. Tapi kalau tidak ya jangan dipaksa"
Aku mengambil jalan tengah."Oke, nanti malam aku akan menjemputmu, kita latihan dirumahku" Ucap Fadli. Aku mengangguk.
Ku dengar seseorang menghela nafas dengan berat, ternyata Bani, dia langsung melangkah mendekati motor KLX nya.
"Mau kemana Ban?" Tanya adikku.
"Jalan-jalan bang, lagi suntuk tiba-tiba" Ucap Bani sambil melirik kesal padaku.
Bahkan ketika lewat di depanku dan Fadli dia sengaja menggeber gas motornya. Aku cuma menggeleng tak mengerti anak itu kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?