Aku Milikmu Hari Ini

1.4K 63 1
                                    

Di atas KLX itu tak ada pembicaraan yang terjadi, kami seolah-olah diam dengan pemikiran masing-masing atau kami yang terlalu canggung untuk menyatakan apa yang ada di dalam pikiran dan hati. Padahal batinku sendiri sebenarnya menyimpan berjuta kata bahkan rasa yang melimpah ingin diluahkan, tapi ahh rasanya... Semua kalah oleh rasa haru yang menyesakkan dada, sesekali mataku dihinggapi embun hangat yang bersumber dari perasaan haru itu.

Bani membawaku melintasi jalanan beraspal yang membelah perkebunan sawit dengan begitu tenangnya, sesekali ku intip raut wajahnya yang terpantul lewat kaca spion. Entah sudah berapa kali aku harus berdecak kagum menyaksikan keindahan yang tercetak di wajah tampan itu. Hidung mancung, wajah kharismatik, bibir tipis kemerahan dengan rahang kokoh. Sejenak aku tenggelam dalam lamunan mesra seraya tersenyum.

"Ehemm" Bani berdehem, entah sungguhan atau berpura-pura hingga aku tersadar dari buai asa itu.

"Kalau kangen bilang saja. Memandangku gratis kok, gak perlu curi-curi lewat spion" Goda Bani sambil tersenyum, senyum yang indah laksana bentangan pelangi yang terbit setelah hujan nan meneduhkan. Lagi-lagi ku lihat semua itu dari spion. Sumpah kenapa aku merasa sikap Bani kali ini jauh lebih menghanyutkan dari sebelumnya, begitu juga tampilannya, jauh lebih tampan dari yang sudah-sudah.

"Aku kangen Ban" ucapku akhirnya dengan mata berkaca-kaca. Lagi-lagi Bani tersenyum.

Tiba-tiba saja aku sandarkan wajahku ke punggungnya, meresapi bau parfum yang bercampur dengan keringat jantannya. Aku benar-benar dimabuk oleh rasa rindu yang selama ini memberontak minta dipertemukan. Reflek kedua tanganku bergelung di perutnya. Memeluk dan mendekap hangat.

"Ya Tuhan? Tidak bisakah aku memeluknya seperti ini sesering mungkin. Aku mencintainya dengan segenap jiwa ragaku, meski bagiMu cinta ini sesuatu yang tabu. Kami tidak ditakdirkan untuk saling memiliki, namun izinkan kami untuk tetap saling mengasihi" aku membatin di dalam hati seraya semakin menenggelamkan pipiku bersandar di punggungnya.

Ku rasa satu usapan bahkan remasan menggenggam tanganku yang bertaut menggelung di atas perut Bani. Ya Tuhan ternyata tangan kiri Bani juga menggenggam tanganku. Sedangkan tangan satu lagi mengendalikan motor.

"Bang Dri, jangan tinggalkan aku lagi ya. Aku lemah tanpamu. Aku milikmu hari ini" Ucap Bani setelah menurunkan laju motornya. Terdengar jelas dan mendebarkan. Jantung dan darahku pun berdesir laksana baru saja diberi penenang candu.
Aku tak menjawab hanya saja sepasang mata kami saling menatap untuk beberapa saat lewat spion.
***

"Tara! Sampai juga kita ke sini" entah sudah memakan waktu berapa lama akhirnya aku dan Bani tiba di satu tempat pemandian yang terpencil. Jalan yang kami lalu cukup berat, namun semua kejenuhan dan penat itu terbayar lunas oleh bentangan kolam alami dihadapan kami, natural dan menakjubkan dengan air berwarna tosca.

"Ini namanya Pansur Napitu" ucap Bani padaku, aku yang memang jarang berpergian cuma bisa memandang kagum. Siapa sangka di tempat seperti ini ditengah rapatnya pepohonan ada surga kecil tersembunyi nan indah.

"Kok sepi?" Tanyaku sembari mengedarkan mata mencari-cari pengunjung yang lain.

"Iya tumben, mungkin mereka pada malas kemari karena medannya yang ekstrim. Gak seramai ketika tempat ini viral. Tapi aku suka suasana seperti ini, sepi dan hening, hanya ada suara air dan angin yang bercanda dengan daun, dan juga kau, Adriku" Ucap Bani sambil menatapku, kembali empat mata kami bertemu.

"Bahasamu terlalu puitis" ucapku pendek, entah memuji entah heran, ini bukan seperti Bani, setauku Bani bukan tipe yang suka merangkai kata-kata romantis, tentu beda dengan Yoga yang walaupun ceplas-ceplos tetap saja kata-katanya selalu bikin geer karena penuh gombal.

Bani tak menjawab, dia menggulung kaki celananya hingga selutut, lalu dia duduk di tepi kolam sambil memainkan kaki di dalam air.

Aku mau tak mau ikut duduk melakukan hal yang sama, hingga akhirnya keempat kaki saling bersentuhan di dalam air.

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang