Genggaman

1.9K 121 5
                                    

Semua orang kini duduk mengelilingi meja besar persegi panjang itu. Aku duduk di sebelah kiri Yoga, sedangkan Bani ada di hadapanku berdampingan dengan Putri. Di deretanku ada pula Ridho, Risky,  Alex dan pacarnya. Sisanya mencar di sisi lain. Setelah memberi kata sambutan dan ucapan terimakasih Aji mempersilahkan kami menikmati makanan. Aneh juga acara ulang tahun tanpa ritual potong kue tart, ternyata keanehan itu terjawab. Rindi pacar Aji bilang, kalau cowoknya itu tak suka kue tart.

"Hei Ga, bagi dong ikan parinya?" Pinta Alex.

"Enak aja! Enggak! Ini aku beli sendiri tau?" Yoga cepat menarik wadah ikan pari panggangnya yang memang terlihat menggiyurkan, apalagi aku mempercantik tampilan ikan bakar itu dengan daun selada, potongan tomat dan seledri.

"Huuu... Pelit!" Sorak Alex dan Rico berbarengan.

"Biarin! Ikan ini khusus buat aku sama Adri, kan kami berdua yang masak" Lalu enak saja dengan garpu Yoga mengais daging ikan itu, meniupnya lalu dicelupin  ke sambel dan ikan itu disuapkan padaku.

"Ow ow ow, co cweeet" Ledek yang lain.

"Mau juga dong dicuapin ayang Oga" Para gadis yang merupakan pacar Alex, Yuda dan Rico juga menyoraki si Yoga.

Tiba-tiba saja "Trangggg" Terdengar suara sesuatu pecah. Semua mata tertuju pada asal suara. Bani menatapku dengan tajam.  Ternyata gelas Bani jatuh dan mengenai batu-batuan yang banyak berserakan di halaman.

"Yank, kenapa?" Tanya Putri.

Bani masih terdiam, aku pun menunduk, aku tau dia sedang marah padaku. 'Aduh harus siap-siap, cepat atau lambat dia pasti akan mengamuk samaku'

"Maaf, aku ke toilet dulu" Bani segera bangkit meninggalkan kami.

Ridho dan Risky melirik padaku, agaknya mereka sudah dapatkan firasat kalau Bani cemburu dan marah samaku.

Aji mencairkan suasana dengan mempersilahkan kami kembali untuk makan.

"Kok Bani lama amat ya?" Celetuk Ridho.

"Biar aku susul ya?" Tanya Putri.

"Astaga, kamu kan cewek, masak ke kamar mandi buat nyusul cowok, gak sopan tau" Tegur Diah, pacar Ridho.

"Dri, coba susul dia, kau kan yang paling dekat sama dia dari kami semua" Ucap Risky padaku.

Yang lain langsung mengangguk.

"Oke" Dengan langkah bergetar aku meninggalkan meja itu, yang lain kembali meneruskan acara makannya sambil ngobrol dan bercanda.

Sampai di depan pintu toilet dekat ruang dapur aku tertegun, ragu ingin memanggil. Setelah detak jantungku tenang, barulah aku memanggilnya, itu pun setelah mengatur nafas terlebih dahulu.
"Ban.. Ditungguin tuh sama yang lain"

"Krekkk" Suara pintu terkuak lebar, satu tangan langsung menyambarku memaksa masuk.

"Bukk" Tubuhku disandarkan dengan kasar ke dinding.
"Kenapa? Kenapa kau tega seperti itu di depanku? Kenapa ha? Ingin memanasiku?" Tanya Bani dengan suara tertahan dan bergetar, benarkan dia marah.

Aku terdiam dan tertunduk tak berani melihat.
"Jawab Dri!" Ucapnya lagi.

Ketika aku tetap bungkam lalupun 'plak' dia menamparku. Perih dan sakit. Aku pegangi pipi kiriku yang habis di tampar.

"Ban, udah dong marahnya. Kalaupun gak bisa tolong ditahan, kita selesaikan ini nanti, jangan di rumah orang. Malu" Jawabku memelas dengan mata mulai memanas, tesss sial air mataku tak kuasa menetes beberapa butir.

Setelah berucap aku cepat mencuci wajahku dan mengeringkannya. Bani sendiri terdiam seolah sadar dan menyesal dengan perbuatannya barusan.

"Jangan lama-lama, soalnya ditunggu sama yang lain" Ucapku tegar lalu keluar toilet meninggalkannya.

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang