Adakah Rasa Sayang?

1.9K 125 15
                                    

Dua hari berlalu juga, rumahku kembali ramai karena adikku telah pulang setelah mengunjungi mertuanya. Begitu juga abang-abang kandungku, malah mereka berencana esoknya akan berekreasi.

"Aku gak ikut" Jawabku cepat saat mereka menawariku ikut.

"Kamu kenapa sih, tiap diajak rekreasi sama keluarga pasti nolak" Ucap abang pertamaku, Bang Adnan.

"Iya, jarang-jarang lho kita ngumpul begini" Tambah bininya pula.

"Aku kan masih singel, rasanya gak enak aja kalau kumpul sama bapak-bapak dan emak-emak" Jawabku spontan dengan polosnya.

Karuan saja jawabanku itu mengundang tawa dan ejekan dari mereka.

"Siapa suruh gak kawin-kawin" Ledek Bang Adnan.

Tuh kan, lagi-lagi nyerempet ke masalah kawin. Apa mereka gak tau kalau aku udah kawin sama Bani? Ya walaupun kawin urat doang.

"Ya udah ajak Ridho aja, sayang udah sewa minibus, entar banyak bangku yang kosong" Untung saja adikku menawarkan sesuatu yang baik. Tapi bukan Ridho yang terlintas di kepalaku, melainkan Bani.

"Emang mau jalan-jalan kemana?" Tanyaku.

"Pemandian Air Sejuk, bang" Kali ini Desi istri adikku yang menjawab.

Oh iya aku dan Desi udah mulai mau bicara lagi, ya walaupun aku sedikit menjaga jarak tak sedekat dulu.

"Oke aku ikut" Jawabku cepat sambil membayangkan betapa indahnya menghabiskan waktu di Pemandian itu bersama Bani, pemuda yang paling aku sayangi itu.

Aku segera beranjak masuk ke kamar untuk menghubungi Bani.

Tapi kalian tau apa jawabannya?

"Maaf bang, aku gak bisa ikut menemanimu, besok ada acara keluarga"

"Oke, aku pergi sama Ridho aja" Jawabku dengan lesu.

"Maaf ya sayang, entar aku janji kita akan jalan-jalan. Khusus buat kita berdua" Bani mencoba menghiburku.

"Tut" Aku menutup sambungan telepon, dan kini mengalihkan nomor tujuan ke nomor Ridho, sial Ridho juga tak bisa, pasalnya mereka akan mengunjungi neneknya.

Oke kini ganti ke nomor Riski, lagi-lagi temanku tak bisa, ada reunian teman SMA katanya.

"Huh kampret" Ku hempaskan tubuhku ke atas ranjang sambil membuka akun instagram, meneliti satu persatu postingan orang-orang yang aku ikuti hingga mataku terperanjat menyaksikan satu foto disana. Foto unggahan akun bernama Yoga_Ramadhan.

"Serius ini Yoga?" Tanyaku tak percaya pada diri sendiri.

Bagaimana tidak, Yoga yang baru ku kenal itu biasanya berpakaian asal-asal dengan celana jeans robek dan rambut gondrong diikat karet gelang, namun di foto itu tampilannya berubah drastis, berpose layaknya model dengan balutan busana muslim. Baju koko berwarna biru navy yang dihiasi bordiran cantik di sekitar kerah dan kancing, dan tubuh disebelah bawah ditutupi sarung motif kotak-kotak dengan warna yang senada, tak lupa pula sebuah kopiah bertengger layaknya mahkota di atas kepalanya. Adapun posenya Yoga tengah duduk disebuah kursi rotan dengan gaya seolah-olah akan meneguk segelas sirup berwarna merah. Tak lupa meja dihadapannya penuh oleh kue-kue lebaran.

Aku terpukau, ternyata benar, orang-orang yang selalu tampil berandalan, gantengnya akan naik berkali lipat saat berpenampilan alim.
Segera ku hadiahkan love buat foto itu, bahkan aku ikut mengomentari foto itu.

"Yoga ketika versi baik dan alim"

Tak butuh waktu lama Yoga membalas komentarku.

"Aku kan emang baik" Jawabnya pede.

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang