Sejak itu aku tak mau lagi membahas Bani, walau bayangan pemuda itu masih terus saja menghantui otak dan angan-anganku.
Hari-hari ku lalui dengan melamun dan mengurung diri.Hingga akhirnya di siang itu.
"Cie anak sultan datang!" Terdengar suara adik iparku, Desi berkata keras di luar. Bengkel adikku memang tepat di samping kamar yang ku tempati.
Terdengar suara seseorang yang sangat ku kenal tertawa. Siapa lagi kalau bukan Bani.
"Siapa itu Ban?" Tanya Desi lagi karena Bani datang bersama seseorang.
"Kenalin kak, ini Putri, pacarku. Hari ini aku traktir kalian makan bakso" ucap Bani yakin.
Sialnya, pengakuan Bani itu terdengar oleh telingaku. Aku pun menangis terisak-isak. Dengan gontai aku gerakkan kaki melangkah ke jendela, meski jendela itu tertutup. Ku sibakkan tirainya dan benar saja di sana ada Bani dengan sesosok cewek cantik yang pernah menghiasi instagram Bani.
Aku pun patah asa merasakan hati ku tertusuk sakit, apalagi ketika Bani menggenggam tangan Putri. Saat itulah mendadak ada satu motor lagi datang mendekat ke bengkel. Seorang pemuda berjaket hijau army.
"W2N air brush?" ucap pemuda itu.
"Betul bang" Jawab adikku.
"Oh aku tau dari abangmu bengkel kalian, aku mau ngecet velg motor harganya sesuaikan aja. O iya mana Adri?" Tanyanya.
"O, Bang Adri didalam, gak tau tuh akhir-akhir ini nyepi mulu di kamar" Ucap Desi.
"Ada perlu aku sama dia, panggilkan dia ya. Bilang Aji datang"
Desi pun masuk kerumah memanggilku.
Akupun mau tak mau keluar setelah menghapus air mata, tapi tetap saja mataku masih memerah.
"Hei Dri" Panggil Aji.
"Ji, ada apa?" Tanyaku datar dengan mata melihat sekilas pada Bani. Pemuda yang ku lirik cuma melengos saja.
"Karma telah berlaku Dri, Fadli ketangkep polisi waktu ngedar sabu" Ucap Aji.
"Hah?" Mau tak mau aku kaget juga mendengarnya.
"Lah kok kaget, bukannya dia musuhmu" Ucap Aji.
"Hmmm iya sih tapi kasihan juga" Ucapku sedikit iba.
"Lah dia aja kagak kasihan samamu, btw ada yang lebih penting lagi" Sambung Aji.
"Apaan?" Tanyaku singkat.
"Ayahku mau ketemu denganmu" Jawab Aji pula.
"Ha? Ngapain" Kaget, sangat kaget. Jangan-jangan Aji mau memperkenalkan aku sebagai calon mantu ke ayahnya. Astaga, sadar! Jangan halu! Lagian gak mungkin Aji gay.
"Dia mau menawarkan pekerjaan samamu" ucapan Aji barusan membuatku lega seketika.
"Serius?" Ucapku girang bukan main.
"Ya makanya ayo, biar lebih jelas ceritanya" Ajak Aji.
"Makasih Ji, aku ganti baju dulu" Dengan riang aku ingin melangkah ke dalam rumah.
"Gak usah, gitu aja cakep kok" Aji langsung menyodorkan sebuah helm padaku.
Kami berdua pun bergegas pergi tanpa ku sempatkan buat melihat Bani dan pacarnya. Buat apa juga dilihat? Yang ada aku malah makin kecewa.
***Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan, sudah seminggu aku bekerja di grosir milik keluarga Aji. Tiap pagi Aji menjemputku untuk
pergi bersama. Semoga dengan bekerja aku bisa melupakan bayang-bayang Bani sedikit demi sedikit. Lumayan membantu sih,
karena sekarang karena sibuk aku sangat jarang membuka ponsel kecuali malam, itupun cuma sebentar karena ingin tidur cepat akibat kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?