Esoknya aku menelpon Fadli mengatakan aku keluar dari band. Dan itu malah membuat Fadli datang ke rumah memintaku bergabung kembali. Namun keputusanku sudah bulat. Bani benar, bergaul dengan Fadli akan berdampak buruk bagiku, apalagi pandangan positifku pada Fadli sudah terkikis sejak tau dia pengguna barang haram.
Selang tiga hari Bani muncul lagi, kini dia mulai lebih berani buka bicara padaku, bahkan tak segan menemuiku ke dalam rumah.
"Bang, ini ada bakso, mau gak?" Panggil Bani dari ruang tamu.
"Oh aku di kamar Ban, masuk saja!" Ucap ku.
"Krekkk" Bani membuka pintu kamarku.
Wajahnya sedikit berubah karena ketika dia masuk aku tengah berganti pakaian, hanya ada celana dalam sepaha.
"Ah maaf bang, aku gak tau kalau abang lagi ganti baju" Jawabnya gelagapan.
"Gak apa-apa kali, sama-sama laki juga" Aku cepat memakai pakaianku.
Bani meletakkan bakso panggang itu diatas meja di samping ranjangku.
"Bang aku ke toilet dulu, aku mau kencing, titip HP" Ucapnya sambil beranjak keluar kamar.
Begitu Bani pergi, aku iseng-iseng membuka HP nya, sial pakai pola.. Eh tunggu, foto di wallpaper lock screen nya kenapa mirip aku, ah anjrit
ini memang foto ku.Dadaku mendadak berdebar-debar ke GR an karena menebak-nebak apa maksud Bani memasang wallpaper itu.
Ku dengar suara siulan Bani di luar, dan dia kembali masuk ke kamarku.
Aku sendiri sudah menyambar setusuk Bakso bakar dan memakan satu butir, sambil menonton sebuah FTV dari layar ponselku dan secara
kebetulan di FTV itu juga menampilkan scene pemain utama memakan bakso saling bersuapan."Ehhhhmmmmm" Ku dengar Bani berdehem palsu, aku melirik padanya.
"Kenapa?" Tanyaku. Bani cuma tersenyum.
"Ah enggak, baper aja. selama berpacaran gak pernah aku dan pacarku makan bakso bakar suap-suapan?" Ucapnya pula sambil
tertawa kecil."Seperti ini?" Ucapku sambil menyodorkan bakso yang ditusuk lidi itu ke depan mulutnya.
Wajah Bani berubah seketika,
wajahnya memerah entah karena malu entah karena senang, bibir tipisnya pun tersenyum, dan sesaat kemudian bibir seksi itu membuka siap untuk menggigit. Namun begitu bakso akan tergigit cepat ku tarik kembali dan ku masukkan ke rongga mulutku memakan bakso itu sendiri.Bani merengut, aku cuek pura-pura gak tau.
"Huh pelit!" Ucapnya kecewa.
"Biarin" ucapku cuek sambil melihat Ftv dari ponselku. Bani merengut jengkel. Ngambek!
Aku lalu tertawa.
"Gitu aja marah, cuma bercanda kok, nih kalau mau coba" Ucapku sambil menyodorkan lagi bakso ke depan mulutnya."Kali ini gak ngerjainkan?" Tanyanya ragu.
"Gak" Jawabku mantap.
Bani membuka mulutnya dan menggigit sebutir bakso lalu mengunyahnya, sementara matanya menatap tanpa berkedip padaku, dan itu sukses membuat jantungku hampir copot.
***Beberapa hari kemudian, suasana bengkel lagi sepi aku duduk menemani adikku yang tengah menyalakan compresor.
"Bang, si Bani habis berantem, jadi gak bisa ambil helm nya hari ini" Tiba-tiba Desi adik iparku berkata setelah membaca chat dari Bani.
"Berantam kenapa? Kapan?"
"Tadi malam, katanya mukanya bonyok" Ucap Desi.
"Gak parahkan?" Tanya adikku.
"Cuma lebam aja"Ucap Desi.
"Ya udah kita lihat dia nanti sambil antarkan helm nya" Sahut adikku.
Aku terdiam seketika, rasa khawatir memenuhi rongga hatiku. Aku masuk ke kamar dan mulai menelpon Bani, Bani mereject nya, namun sekian detik kemudian Bani yang melakukan panggilan video.
Aku cepat mengangkatnya. Layar ponsel itu menampilkan sosok Bani tengah berbaring di kamar, wajahnya penuh lebam terutama di dekat bibir, pelipis dan ada luka yang ditempeli plaster di kepalanya.
"Kau kenapa?" Tanyaku
"Biasa, anak laki" Jawabnya.
"Jadi udah lapor polisi belum?" Tanyaku.
Bani tertawa mendengarnya. "Kau kira aku banci apa? Aku dan dia sama-sama ingin berkelahi secara jantan, aku juga udah bikin bonyok mukanya, apapun yang terjadi itu sudah resiko" Ucap Bani pula.
Tiba-tiba di layar ponselku, aku melihat seorang cewek menghampiri Bani, cewek yang pernah ada di foto instagram Bani.
"Sayang, makan dulu dong, biar bisa minum obat" Cewek itu menyuapkan sesendok nasi.
Crassss serrrr, seakan ada yang memutus nadiku. Sakit rasanya, aku pun secara reflek memutuskan video call itu. Aku memegangi dadaku yang terguncang,
"Gak, aku gak boleh cemburu, toh Bani cuma sebatas teman. Ternyata Bani benar-benar straight. Aku yang bodoh berharap pada seorang straight"
Sejak itu aku memutuskan menjauhi Bani, nomornya ku blok, begitu juga semua medsos nya, walau itu menyakitkan, hanya saja aku tak ingin semakin berharap dan terus berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
عاطفيةSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?