"Apa yang terjadi Dri? Siapa yang udah bikin Yoga bonyok gini?" Aji langsung mencecarku dengan pertanyaan begitu mantri kesehatan yang biasanya di puskesmas selesai memeriksa keadaan Yoga dan pulang.
Saat ini aku tengah berada di rumah Aji yang besar itu. Suasana sendiri sunyi, karena cuma ada Aji di sana, dia anak tunggal, sedangkan orang tuanya menempati rumah yang lain. Sultan mah gitu, rumahnya ada di mana-mana.Aku menggigit bibir bawahku, terlalu sakit untuk mengatakannya. Sulit sekali untuk memberitahu Aji bahwa yang melukai Yoga adalah Bani, orang yang baru beberapa saat lalu masih berstatus sebagai kekasihku.
"Kenapa diam Dri? Asal kau tau Yoga itu sepupu aku yang paling dekat samaku, walau anaknya tengil dan ngeselin. Aku gak terima dia digebukin orang sampai babak belur begitu. Kau dengarkan kata dokter puskesmas tadi, tulang belikatnya ada yang retak" Kembali Aji mendesakku untuk bercerita.
Aku masih diam saja, hanya sepasang mataku yang berkaca-kaca menahan luapan emosiku.
"Tolong jujur samaku Dri, gak kasihan kau sama Yoga. Dia anak yatim piatu Dri, sejak kecil dia udah hidup susah"
Akhirnya aku tak tahan lagi, dengan sesenggukan aku pun menceritakan semuanya.
"Bani, Ji. Bani dan Yoga berkelahi" Selanjutnya akupun mulai menceritakan segalanya, asal-muasal penyebab pertengkaran kami. Aku sudah tak perduli lagi jika Aji tau bahwa aku seorang gay.
Aji kini terduduk lemas di sebelahku. Sedangkan matanya tertuju pada Yoga yang masih terbaring tak sadarkan diri. Aku sendiri mau tak mau ikut memandang pada Yoga, sosok yang kini terbaring lemah.
"Aku akan lapor polisi, ini udah keterlaluan" Ucap Aji.
Sepasang mataku langsung membulat lebar.
"Ji? Sebaiknya jangan. Lagi pula aku juga sudah menghajar Bani sampai setengah mati""Kau ingin melindungi pacar homo mu itu?" Sergah Aji tajam.
Jlebbb. Perkataan Aji barusan sukses bikin jantungku seakan tertikam. Cepat aku menggeleng
"Aku hanya ingin menjaga harga diri Yoga Ji, apa jadinya kalau polisi tau motif perkelahian ini adalah rebutan cinta seorang gay""Memangnya kenapa kalau Yoga gay, aku udah tahu dia gay dari dulu. Aku juga udah tahu kalau dia suka samamu"
Tentu saja penuturan Aji barusan membuatku terperangah.
"Dri?" Panggil Aji.
Aku segera menoleh padanya.
"Terserah kalau kau menganggap ku memaksa atau apa, tapi aku mohon agar kau memutuskan hubunganmu dengan Bani. Hubungan kalian itu enggak sehat, tindakan Bani itu sudah menjurus pada kekerasan, bukan tak mungkin kalau kelak dia akan lebih parah lagi, sekarang korbannya adalah kau dan Yoga, bukan mustahil kelak aku juga ikut jadi korban. Begitu juga orang-orang yang dekat denganmu" Masuk akal alasan Aji tersebut.
Aku kembali termangu, bukankah aku dan Bani telah putus? Iyakan? Tapi kenapa hatiku masih ragu, masih ada rasa sayang untuknya. Aku terpaksa mengigit bibirku lagi saat ingat bahwa aku juga telah membuat keputusan tolol untuk mencoba bersama Yoga padahal perasaanku pada pemuda gondrong yang tengah berbaring lemah itu masih teramat mentah. Benarkah aku sudah mulai sayang pada Yoga?
"Dari ceritamu tadi kau bilang kau sudah memilih Yoga, ku harap kau pegang kata-kata mu itu. Jangan kecewakan dia Dri" Ucap Aji.
"Belum ngantuk? Aku mau tidur, besok banyak pekerjaanku. Oh iya kau dan Yoga besok tidak usah masuk kerja, istirahat dulu. Jaga Yoga malam ini, jika kondisinya gak membaik besok kita bawa dia ke rumah sakit" Kata Aji ketika aku masih diam. Setelah berkata Aji pun bangkit dan berjalan meninggalkan kamar Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?