Bani melajukan motor dengan kesetanan, memacu KLX nya menjauhi pemakaman China itu, dimana di sana ada Adri, orang yang paling dia sayangi tengah bersama seorang pria yang mungkin lebih bisa membahagiakannya. Ah tapi tetap saja tiap mengingat hal itu Bani merasa rongga dadanya seakan mau pecah menahan amarah, belum lagi air mata yang tak hentinya menetes.
"Bisakah aku ikhlas melepasnya? Bisakah aku tersenyum bahagia melihat dia bersama dengan yang lain?" Hati kecil Bani bertanya-tanya dengan nuansa miris. Selama ini tiap melihat Adri dengan pria lain sungguh membuat hidup Bani seperti kiamat, nekat dan gelap mata yang akhirnya malah membuat Bani menyakiti Adri.
"Ah aku memang setan, tapi salahkah aku? Aku terlalu menyayanginya, aku ingin hanya ada aku satu-satunya di dalam hidupnya. Aku tak rela dia membagi secuil saja perhatian dan kasih sayangnya kepada pria lain selain aku" Kembali suara hatinya berkecamuk tak menentu. Iya benar, Bani memang posesif, bahkan over posesif, tapi semua itu dia lakukan karena saking takutnya akan kehilangan Adri.
"Adri tidak taukah kau kalau aku tersiksa? Dimanakah kepengertianmu Adri?" Lagi-lagi dia mengeluh.
Bani melajukan motornya hingga tiba di sebuah gubuk reot yang menjadi tempat bersejarah bagi hidupnya, karena di gubuk inilah Bani menyatakan cinta pada Adri. Dengan di temani nyala api dari lampu minyak Bani duduk meringkuk di atas tanah beralas rumput seraya membayangkan apa yang telah terjadi hari ini.
"Mereka berpelukan, mereka berciuman, bahkan bukan mustahil mereka memang benar-benar pernah tidur di belakangku" Kembali bisikan itu mengiang-ngiang menghasut di telinga.
"Arghhhhh" Geram Bani sambil menjambak rambut.
"Yoga kampret, kenapa kau harus hadir diantara kami? Harusnya ku habisi saja kau tadi. Tapi, ah aku tak tega melihat Adri yang sudah pucat ketakutan seperti tadi" Kembali pemuda ganteng itu menggerutu sendiri.
"Sialan, wajahku perih sekali" Bani merintih, tadi tidak terasa, tapi sekarang rasa sakit mulai menjalar dari wajah dan beberapa titik di tubuhnya. Dengan susah payah dia keluarkan ponsel dari dalam saku celana. Bani menyalakan kamera depan hingga di layar ponsel tampak wujud wajahnya sekarang.
"Seram seperti setan" Gumamnya dalam hati, ya semua karena luka dan noda darah yang ada di sana. Si Tampan yang tengah terluka ini tanggalkan kemeja yang beberapa kancingnya putus karena bergelut dengan Yoga tadi berikut dengan singletnya. Menggunakan kain lembut singlet itu dia membersihkan darah yang mengucur dari pelipis dan hidung. Singlet putih itu kini penuh bercak darah, sakitnya bukan main. Belum lagi udara malam yang dingin mencucuk tulang dan juga gigitan nyamuk karena kini dia harus bertelanjang dada. Selesai itu semua pemuda ganteng itu kembali terpekur lalu menangis sejadi-jadinya. Masih terbayang di benaknya semua rencana indah yang akan dia tunjukkan pada Adri hari ini. Andai saja Yoga tadi tidak ada tentu saja rencana indah itu akan berbuah manis.
Ya, sebenarnya hari ini Bani berencana akan memberikan surprise buat Adri, mengajaknya mengunjungi satu tempat wisata yang indah di sebuah desa yang masih asri dengan tanaman padi yang menghijau. Lalu di sana dia akan memberikan ini.
Dari kantong celana Bani mengeluarkan sebuah kotak mungil berbentuk hati, begitu terbuka di dalamnya terdapat sepasang cincin putih dari bahan perak dengan desain yang indah dan elegan.
"Aku ingin kau menjadi milikku Adri, tadinya aku berharap dengan cincin ini kita akan semakin terikat, tapi nyatanya justru perpisahan yang terjadi" Kembali Bani meneteskan air mata.
Tubuhnya meringkuk lemas di dekat dinding gedek gubuk itu. Kondisinya seperti orang gila, menangis namun sesekali tertawa pedih.
"Tuttt" Dia menempelkan handphone nya di telinga kanan, berharap seseorang yang dihubunginya akan menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?