Akhirnya aku benar-benar jadi pacar Yoga, selama dia sakit mau tak mau aku yang mengurusnya, dan itu artinya aku untuk sementara tinggal di rumah Aji. Selama itu pula aku mencoba untuk lebih mengenal siapa Yoga sebenarnya. Dari pengamatanku Yoga itu ya baiklah, cuma kadang suka iseng, dan satu lagi kelewat manja. Bani juga dulu manja, tapi Yoga jauh lebih manja. Makan minta disuapin, tidur pengennya di kelonin, baju harus disediain, ah pokoknya udah seperti ngurus anak bayi, mungkin karena dia masih sakit.
"Maklumi sajalah" Ucap Aji ketika malam ini Yoga merengek minta dibuatkan kopi susu hingga aku harus berkutat lagi di dapur.
"Kayaknya dia sengaja pengen bikin aku repot terus" Sahutku sambil mengambil gelas.
"Hahaha anggap saja persiapan buat jadi istrinya nanti" Ledek Aji, pemuda ini menuju kulkas dan mengambil sebotol minuman bersoda.
"Sialan kau Ji" Makiku, walaupun posisiku sebagai bot, tapi aku rada risih kalau disebut sebagai istri, ya iyalah aku kan laki.
"Baru sama kamu Yoga kayak gitu, sebelumnya sama kami dia tak pernah merengek-rengek. Mungkin padamulah dia mengharapkan perhatian itu. Kau tau kan dia udah gak punya orang tua lagi? Dia haus akan perhatian dan kasih sayang, dan sepertinya dia ingin kau yang memberikannya, mengobati semua kekosongan itu. Dan kulihat kau mampu melakukannya, kau lebih dewasa dari dia, jadi bisa sebagai pengayom tempat dia bermanja-manja" Mendengar omongan Aji itu aku jadi bergetar juga, Aji memang pernah bercerita kalau sejak umur 7 tahun Yoga jadi yatim piatu dan dirawat sama keluarga Aji.
"Hmmm btw, ortu Yoga meninggal kenapa ya? Maaf bukannya gak sopan, cuma ingin tahu saja" Tanyaku hati-hati.
"Kecelakaan, kesenggol truk" Jawab Aji dingin.
Aku langsung merinding bergidik membayangkan peristiwa tragis itu, dan pastinya juga semakin menumbuhkan rasa simpatiku pada Yoga.
"Drigo? Mana kopinya? Lama amat!" Satu suara berteriak dari dalam kamar, siapa lagi kalau bukan Yoga.
"Hahahaha udah sana, keloni suamimu" Celetuk Aji sambil tertawa.
Cepat-cepat aku menyelesaikan kopi susu pesanan Yoga, lalu aku pun meninggalkan dapur menuju kamar.
Kreek, pintu kamar itupun terbuka, dengan cemberut aku melangkah mendekat.
"Iya, ini kopinya. Dasar cerewet!"Yoga memandangku dengan tatapan penuh kerinduan.
"Makasi ya sayang""Ditiup dulu, masih panas!" Peringatku.
"Tiupin dong!" Pinta Yoga.
Tuhkan memang manja. Dengan menggerutu akupun meniup kopi itu.
Setelah cukup ku tempelkan ke mulut Yoga, dia menyeruputnya sedikit."Jangan cemberut dong, maaf kalau udah ngerepotin, tenang saja entar kalau aku sembuh gantian aku yang akan manjain kamu, aku akan masak, aku akan cuci baju, ah pokoknya semua bahkan kalau kau mau aku mandiin juga boleh, sekalian kita ehem ehem"
"Babi!" Makiku seketika ketika Yoga membahas sesuatu yang mesum.
"Kenapa? Kamu gak suka kalau aku ajak gitu?" Pertanyaan Yoga barusan membuatku langsung tertegun.
"Hmmm tergantung mood, kalau aku memang lagi pengen" Jawabku juga, ya iyalah aku juga punya nafsu.
"Terus kalau aku lagi pengen dan kamu lagi gak mood gimana?"
"Ya ampun Yoga, jangan belagak bego. Itu tugasmu buat bikin aku sange biar terangsang" Sewotku.
"Terus apa yang bikin kau terangsang?" Tanya Yoga.
"Bangke!" Kesal sekali aku, masa dia tak tahu cara merangsang pasangan.
"Lu joget-joget kayak penari striptease sambil pereteli pakaian sampai bugil" Ucapku asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?