Rekreasi yang mengesankan tadi meninggalkan banyak kenangan bagiku. Apalagi karena sampai ke rumah kemalaman Yoga akhirnya menginap di rumahku.
"Bang Dri, percaya atau gak kalau aku pernah melihatmu jauh sebelum pertemuan kita?" Sebelum tidur Yoga mengajakku ngobrol.
"Maksudmu?" Tanyaku bingung.
"Pertama kali aku melihatmu bukanlah saat kau menumpang motor di malam itu, melainkan jauh sebelumnya, saat kau dan band nya Aji tampil di festival di lapangan kampusku" Ucap Yoga pula.
Mau tak mau aku langsung melotot terkejut, benarkah itu?
Melihatku ragu Yoga kembali menambahi penjelasannya.
"Waktu itu aku menonton aksi Band-mu, kau tau? Aku langsung terpukau, belum pernah aku melihat penampilan seorang vokalis band indie yang menyanyi dengan sepenuh hati. Feel nya nyanpe ke sini." Yoga menunjuk dada kirinya dimana di dalamnya seonggok jantung berdetak.Kembali aku tercengang mendengarnya.
"Kalau gak percaya aku punya foto dan cuplikan videonya" Lalu Yoga pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan barang bukti itu, benar saja, tak hanya satu atau dua, tapi ini banyak sekali. Sepertinya waktu itu dia tak berhenti-henti mengambil fotoku yang tengah beraksi di atas panggung.
"Begitu festival usai aku mencoba menghampirimu di belakang panggung, tapi aku enggan mendekat karena ku lihat kau tengah merayakan kemenangan. Sejak itu aku ngefans samamu, berulang kali aku bertanya pada Aji tentangmu, ya berharap suatu saat kita bisa bertemu lagi dan berteman. Tapi ternyata kau malah hengkang dari band. Namun ternyata Tuhan sayang samaku, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi, bahkan bisa liburan bareng seperti hari ini. Sumpah aku senang sekali" Yoga menutup ucapannya dengan menghembuskan nafas lega.
"Jadi, selama ini dengan kata lain udah lama kau stalking tentangku?" Tanyaku sambil melihatnya.
"Ya bisa dibilang begitu, tapi taukan Aji? Mana mau dia ngajak aku ketemu kamu apalagi temanan. Dia bilang entar aku malah ngerusak kamu kalau kita temanan" Yoga tiba-tiba saja menggenggam tanganku.
Karuan saja jantungku berdebar hebat.
"Yog maksudnya apa ini?" Tanyaku hati-hati, mungkinkah benar dia ada rasa?"Aku suka samamu Dri" Ucap Yoga lesu.
Aku langsung tergugup, jadi benar, semua perlakuan Yoga padaku selama ini memang untuk mendekatiku. Setelah itu kami terdiam.
"Aku tau ini terlalu mendadak, tapi aku benar-benar udah suka samamu cukup lama" Agaknya Yoga benar-benar berharap padaku.
"Maaf Ga, pertemuan kita terlalu terlambat. Aku sudah punya pacar" Jawabku pelan penuh sesal, aku takut kalau jawabanku ini akan membuat Yoga kecewa dan sedih.
Yoga terkesiap seketika, spontan matanya memandang hampa padaku. walau akhirnya bibirnya tersenyum tapi senyum itu terasa getir.
"Aku sudah tau, sejak di rumah Aji kemarin aku memperhatikan gerak-gerikmu. Pasti pacarmu pria ganteng bernama Bani itukan?" Tanyanya menyelidik.
Aku terdiam, namun akhirnya aku mengangguk.
"It's okey, semoga kau bahagia. Hanya saja satu pintaku Dri, jika Bani mengecewakan dan meninggalkanmu, ku harap kau mau membuka pintu hatimu buatku. Walau wajahku kau bilang seperti kadal dan gak seganteng Bani, tapi aku punya tekad yang tak kalah darinya. Tekad untuk membuatmu nyaman dan bahagia"
Ya ampun Yoga, ucapanmu itu benar-benar membuatku terharu. Aku bingung mau menjawab seperti apa. Asal kau tau, kau itu ganteng dan baik, aku yakin kau akan dapat pacar yang lebih baik dariku.
"Aku sudah mengantuk, tidur yuk" Yoga segera menarik selimut dan tidur memunggungiku. Semua pun mendadak hening dan diam.
Tinggallah aku yang kebingungan, kalau sudah begini aku akan kesulitan tidur. Bahkan aku masih terjaga ketika pukul 3 dinihari. Untuk mengundang rasa kantuk aku berpura-pura memejamkan mata, saat itulah ku rasakan sosok disebelahku bergerak. Aku yakin itu Yoga.
Kudengar satu suara kain ditarik menutupi tubuhku. Ya Tuhan Yoga menyelimutiku. Bahkan kurasakan sesuatu yang lembut mengecup pipiku.
"Maaf bang Dri, aku telah lancang. Tapi setidaknya izinkan aku menciummu seperti ini, memang hatiku patah, tapi asal kau tau melihatmu berada di dekatku seperti ini, sudah sanggup membuat segenap jiwaku berbunga-bunga" Bisa kudengar celotehan kecil Yoga itu. Mungkin dia pikir aku telah terlelap tidur. Setelah itu aku bisa merasakan kalau Yoga sibuk memainkan ponselnya, semua itu karena aku merasa di balik kelopak mataku sekitar ranjang mendadak cukup terang akibat bias cahaya layar ponsel milik Yoga.
***Esok paginya semua berjalan seperti biasa, bahkan Yoga masih bersikap wajar padaku, saat sarapan dia juga masih mau bercanda dan bertukar cerita dengan abang-abangku.
"Kalau ada kenalanmu yang cewek, kenalin dong sama adikku itu. Siapa tahu cocok" Ucapan Abang ke empatku pada Yoga itu sukses membuatku manyun. Yoga juga melirik padaku dengan wajah geli.
"Oh iya bang entar kalau ada temanku yang cantik aku kenalkan sama bang Dri. Abang juga dong, kalau ada adiknya bolehlah dijodohin samaku" Ucapan Yoga itu membuatku mengernyit heran, jelas-jelas kami bersaudara laki semua. Mungkinkah maksudnya itu adalah aku?
"Hahaha kau ini ada-ada saja, adikku mana ada yang cewek, laki semua" Jawab singkat Abang keempatku.
Yoga cuma senyum namun cepat meraih ponsel untuk mengetik sesuatu.
Sesaat kemudian ku rasakan getar dari saku celanaku. Pasti Yoga mengirim pesan padaku.
"Abangmu gak peka ya? Kan aku maunya dijodohin samamu" Seketika aku tersenyum kecil. Lalu ku injak kaki Yoga dibawah meja, kami memang duduk bersampingan. Tak satupun yang tahu, di bawah meja makan yang panjang itu ada dua kaki yang saling bersenggol-senggolan berusaha menggelung kaki yang lainnya. Akhirnya kaki ku kalah, kaki kanan Yoga sukses menindih kaki kiriku dan membelit menguncinya.
Ku lirik Yoga di sebelahku, dia unjukkan wajah senang, satu senyum kecil menghiasi bibirnya. Lalu diapun kembali menyuapkan nasi.
"Ah Yoga, andai kau tak terlambat" Aku pun membatin dalam hati, dengan tentram ku pandangi Yoga, namun semua ketentraman itu mendadak punah tatkala sepasang mataku seolah-olah melihat bayang-bayang Bani ada di dalam diri Yoga.
Akupun menggigit bibir, "Bani, maaf jika hatiku juga mengagumi pria lain selain dirimu, semoga ini hanya sebatas rasa kagum, tak lebih" Ucapku dalam hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?