Gairah Panas (18+)

5.6K 162 16
                                    

'Cittt' si pemuda itu menghentikan motornya di depan ponsel yang masih tutup di tepi gang menuju rumahku.

Aku segera melompat turun dari motornya dan berniat ingin langsung pergi, otakku saat ini benar-benar buntu.

"Eh mau kemana? Bayar dulu, kan tad udah janji" Tiba-tiba suara si pengendara motor yang ku tumpangi tadi memanggilku.

Aku tersentak dan hentikan langkah, ku balikkan tubuhku hingga kini untuk pertama kali aku dengan jelas memperhatikan tampang si pemilik motor. 'Sial, mengapa akhir-akhir ini banyak sekali pemuda ganteng yang muncul' aku menggerutu di dalam hati.

Ternyata pemuda pengendara motor itu cakep dan ganteng, garis-garis wajahnya unik, hingga membuat ketampanannya eksotis dan tak pasaran, rambutnya gondrong sebahu dan sebagian diikat kebelakang dengan karet gelang, meski wajahnya lumayan berjerawat namun sumpah gantengnya bikin aku melongo sesaat.
Tubuhnya jangkung, lumayan kurus namun berotot.

"Hei, kok malah bengong? Mana dua ratus ribunya?" Tagih si pemuda itu.

Aku langsung tersadar dari pesona, segera kurogoh dompet di saku celana, mengeluarkan dua lembar duit berwarna merah dan segera saja ku serahkan pada pemuda itu.

"Lumayan, buat BO cewek" Celetuk cowok itu.

Aku langsung mendelik, anjir ganteng-ganteng fuckboy ternyata.
Aku langsung melangkah pergi.

"Hei siapa namamu? Mana tau kita bisa berteman?" Tanya cowok itu.

"Ogah temanan sama fuckboy" Jawabku sembari melangkah.

Ku dengar suara tawanya yang renyah.
"Sombong amat. Aku Yoga, senang bertemu denganmu, dapat duit lagi" Celetuknya lagi.

Aku sudah tak peduli, tanpa menyahut lagi aku terus melangkah menuju rumah. Tapi entah mengapa aku penasaran pula sama pemuda tadi. Aku berpaling sebentar.
'Sial, dia masih diujung gang memperhatikanku'.

Tanpa basa-basi aku langsung berlari menuju rumah dan langsung masuk menuju kamarku.
***

Esoknya aku menceritakan apa yang terjadi pada Ridho. Ridho yang mendengar cuma geleng-geleng kepala.
"Gila, baru setengah hari jadian udah mau putus'" komentar Ridho setengah menyindirku.

"Habisnya, aku gak mau dicap perusak hubungan orang, jadi selingkuhan. Haduh jadi gay saja udah dianggap nista, apalagi kalau jadi perebut pacar orang" Kilahku sambil menghempaskan pantatku ke atas rumput di tepi sungai.
Oh iya saat ini aku menemani Ridho mencuci motor di sebuah sungai.

"Jadi kau maunya gimana? Apa gak cukup jadi pacar keduanya? Aku lihat Bani memang benar-benar sayang samamu"

"Aku mau hanya ada aku di dalam hatinya. Jadi dia harus memilih antara aku atau Putri" Sambarku cepat.

"Astaga, jangan egois gitu. Ini Indonesia bang Dri, bukan Jerman. Mungkin Bani memacari Putri cuma biar gak ketahuan kalau dia gay. Kan bahaya cowok cakep seperti dia kalau ketahuan gay. Bisa habis tuh anak dibully. Gimanapun juga Bani masih muda, pikirannya belum sematang dan sedewasa kau. Mungkin dia tipe pria yang pelan-pelan dalam menjalani hubungan. Nah kau malah mau ngajak seriusan. Sekali lagi Dri, ini Indonesia, secinta apapun kalian, kalian tidak akan pernah bisa menikah dan jadi pasangan layaknya pria dan wanita" Ridho menjawabku sambil menghentikan kegiatannya yang tengah membersihkan busa dari motornya.

Aku terhenyak, apa yang dibilang Ridho benar juga. Mungkin Bani memang menyukaiku, tapi tak mungkin sesama lelaki menikah. Cepat atau lambat, Bani memang akan tetap meninggalkanku dan menikahi seorang gadis.

"Kau juga nantinya akan begitu. Menikah dengan seorang perempuan, iyakan?" Tanya Ridho yang tanpa ku sadari telah duduk di sebelahku dan memegang pundakku.

DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang