Seminggu berlalu sejak insiden aku terjatuh tengkurep di depan rumah.
Ketika bengkel tengah sepi aku ikut nongkrong bersama adikku dan istrinya. Oh iya, adikku sudah merid, kalau aku jangan ditanya, aku gay dan berat rasanya untuk menikah, yang jelas tak ada yang tau saja tentang orientasi seksualku, aku sudah bersyukur. Aku duduk sambil membantu adikku mengamplas
lingkar motor yang mau diwarnai."Bang ini si Bani WA, katanya dia mau datang, mau ngecat lingkar juga" Istri adikku berkata kepada suaminya.
"Alhamdulillah, rejeki anak soleh, job lancar terus" Ucap adikku.
Mendengarnya aku hampir ngakak.
"Soleh dari mana lu nyet? Solat aja kagak pernah" cekikikku meledek dalam hati."Tapi tumben ya si Bani jadi sering kemari, seminggu ini udah 3 kali datang" Ucap adikku lagi, sebut saja namanya Wawan, nama
yang menurutku terkesan asal, aku sendiri tak tau dari mana dia mendapatkan nickname itu, padahal ya wajahnya itu termasuk ganteng, bahkan dari kami enam bersaudara adikku ini yang paling cakep, makanya cepat laku dan kawin dengan Desi, adik iparku.
"Lumayanlah bang, dia kalau datang pasti bawa gorengan" ucap Desi adik iparku.
"Bani itu yang mana?" Tanyaku pula yang memang tak kenal banyak nama-nama teman adikku.
"Yang tinggi tegap, anak agen lembu dan tajir itu" jelas adikku.
"Gak kenal" ucapku akhirnya acuh.
"Lihat aja nanti orangnya"
Lalu tiba-tiba muncul seseorang dengan mengendarai Scoopy. Tinggi, besar item, dan buncit.
"Ini yang namanya Bani?" Tanyaku pelan pada adikku.
"Bukan, ini mah si Jebe" jawab adikku.
Si jebe langsung duduk dibawah pohon rambutan sambil mengelap motornya.
"Brmmmmmmm" suara motor terdengar melintas dari gang.
Astaga ini kan suara motor si keren itu kan. Wah sangking ngefans nya aku sama nih anak, suara motornya aja aku hapal.
Benar saja, dia datang, tetap dengan style gagahnya, memakai celana hitam, dan kemeja pink. What pink? oke gak apa-apa, cowok sekarang pake warna pink udah lumrah kok, si keren tetap lah gagah dan macho, bukan berhati pinky.
"Bang Wan, aku datang lagi" ucap anak itu sambil turun dari motor dan melepas helmnya. Aku seolah melihat cipratan bintang bergemerlap di sekitar wajahnya seperti di FTV sangking memukaunya wajah itu. Rambut disisir modis ke samping, wajah bersih, hidung mancung, bibir tipis ranum, alis tebal, mata cerah, rahang kokoh ya Tuhan sungguh indah ciptaan-Mu yang satu ini. Tolong khilafkan dia hingga jatuh kepelukanku.
Bani menurunkan sepasang lingkar sepeda motor matic, setelah itu dia mengulurkan kresek berisi gorengan pada Desi yang menerimanya dengan senang hati. Desi masuk ke rumah untuk memindahkan gorengan itu ke piring sekaligus membuatkan minuman es.
"Mau warna apa Ban?" Tanya adikku.
"Ban? Jadi ini yang namanya Bani? Pantas, sungguh serasi nama itu padanya" Dalam satu menit hatiku tak berhenti-henti menyebut nama Bani.
"Hemmm bagusnya warna apa ya bang?" Tanya Bani pada adikku. Sementara aku pura-pura jaim menggosok mengamplas lingkar dengan mata curi-curi pandang padanya.
"Lah maticnya warna apa?" Tanya adikku balik.
"Hitam" Jawab Bani sambil duduk di dekat adikku, diatas sebuah kursi kayu butut.
"Hmmm kau maunya warna apa? nanti kalau menurut abang entar gak seleramu"
"Kalau ungu metalic bagus gak?" Tanya Bani, sambil menyorongkan satu foto lingkar motor berwarna ungu di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
Roman d'amourSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?