"Dari mana kamu?" Suara perempuan itu bertanya setengah membentak, mungkin kesal karena seharian di tinggal.
Pemuda yang baru turun dari KLX-nya itu tak langsung menjawab, dia membuka helmnya sambil memperhatikan wajahnya lewat spion, lalu dengan enteng dia melangkah sembari bersiul.
Tau dicueki, perempuan yang tak lain adalah Putri itu semakin penasaran.
"Kalau ditanya itu dijawab dong mas?" Suaranya kali ini sedikit dilunakkannya."Kan semalam sudah Mas bilang mau ke rumah teman?" Si suami yang tak lain adalah Bani menjawab.
"Iya, tapi terlalu lama, sampai menginap pula. Memang teman mas yang mana?"
Sepasang mata Bani mengerjap sesaat, dengan lekat ditatapnya wajah sang istri dengan sorot mata tajamnya, seketika itu pula nyali Putri langsung menciut, dia tau arti dari tatapan mata itu.
"Kalau kamu tidak percaya samaku, kamu boleh tinggalin aku. Apa kau pikir aku main gila dengan perempuan lain?" Tidak kasar nada bicaranya, namun terkesan datar dan dingin.
"Maaf mas" suara Putri akhirnya melembut, dia mengalah.
"Aku buatin sarapan ya?""Gak usah, aku udah makan diluar" dengan enteng Bani meletakkan helm nya diatas meja teras. Lalu dia melangkah masuk ke dalam.
Tinggallah Putri mematung di depan pintu dengan hati memelas. Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa salahku mas? Hingga begitu dingin hatimu untukku" cukup lama juga dia mematung di sana.
Setelah menghela nafas dan menahan sesak di dada, Putri ikut masuk ke dalam rumah.Di sana di dapatinya Bani telah terbaring di atas sofa. Perempuan itu tersenyum menatap wajah tampan sang suami yang tengah terlelap. Dinaikkannya sebelah kaki sang suami yang turun ke atas sofa agar lebih nyaman. Setelah membelai rambut sang suami, dia menuju kamar meneruskan aktifitas bebersihnya yang tertunda. Merapikan ranjang dan perkakas yang berserakan. Di kamar itu ada dua buah lemari, satu lemari kayu berukir sebagai lemari pakaian, sedangkan satu lagi berukuran lebih kecil sebagai tempat penyimpanan surat-surat berharga. Selama menikah, Putri tak berani membuka lemari surat-surat itu. Tapi entah mengapa dia kini penasaran, dibulatkannya tekad untuk membuka lemari itu, ternyata pintu lemari atas tidak terkunci. Ada tumpukan map berisi surat-surat berharga, setelah membukanya ternyata berisi surat tanah, Putri tidak tertarik. Tumpukan map itu pasti berisi sama, surat-surat tanah, atau surat perjanjian jual beli dan hutang piutang. Dia lebih tertarik melihat map plastik berisi rapor dan ijazah sang suami selama sekolah, mulai dari TK sampai SMA. Bani memang tidak berkuliah.
Putri tersenyum-senyum kecil ketika melihat pas foto sang suami di rapor-rapor itu, apalagi TK dan SD begitu menggemaskan. Sedangkan di rapor SMA wajah Bani mulai sama seperti sekarang, dewasa dan tampan. Di perhatikannya nilai-nilai sekolah Bani. Putri cekikikan sendiri.
"Ternyata suamiku pintar juga ya di sekolah. Ya sering masuk 10 besar. Tapi kayaknya paling lemah di Bahasa Inggris dan Sejarah" puas melihat tabel-tabel nilai itu Putri menyusunnya kembali di dalam lemari. Kini rasa ingin taunya beralih ke bagian bawah dimana ada laci.
Tubuh Putri membungkuk, bahkan kini berjongkok, ditariknya tangkai laci. Terkunci rapat.
"Lho, kok di kunci?" Keluhnya.
Sekali lagi di tariknya tangkai laci, namun tetap bergeming.
"Apa ada yang masih di rahasiakan mas Bani? Apa ini surat-surat rahasia yang lebih berharga dari surat tanah?" Pikiran Putri mulai bercabang-cabang menduga kemana-mana. Lama juga dia merenung, hingga akhirnya dia capek sendiri. Setelah berpikir positif dia kembali bersih-bersih rumah.Meski keluarga berada, namun agaknya keluarga Bani bukan tipe keluarga manja, mereka tak mengenal apa itu jasa asisten rumah tangga. Di rumah mertuanya juga begitu, memasak, mencuci, dan membersihkan rumah dilakukan sendiri, Putri harus terbiasa dan beradaptasi. Awal-awal dia repot juga, apalagi pengetahuan memasaknya yang pas-pasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ADALAH BANIKU (SELESAI)
RomanceSeorang pemuda yang tergila-gila dengan sahabat adiknya bernama Bani. Apakah perasaannya akan terbalas? Apakah Bani straight atau gay? Bagaimanakah akhir dari perasaan sayang itu?