Part 5

32.9K 2.2K 4
                                    

Jaxton terkesiap saat melihat keberadaan Sashi. Namun, dengan cepat dia menormalkan wajahnya kembali. Sesudah memasukkan ponsel ke saku celana, dia berjalan menghampiri gadis itu.

"Ada apa?"

Sashi menggeleng kikuk. "Sorry Sashi nggak sengaja denger om ngobrol sama pacar, Om."

"Tidak masalah." Cuek Jaxton. Toh, sudah perjanjian jika mereka menikah hanya untuk sementara.

"Em, kalau gitu Sashi ke kamar lagi." Dengan cepat gadis itu kembali pergi ke lantai atas. Sepanjang menaiki tangga dia merutuk dalam hati. Kenapa sih hatinya selalu sesak saat melihat Jaxton bercakap dengan sang pacar?

Di tempat lain, Jaxton hanya bisa mengerutkan dahi bingung. Kenapa pula gadis itu pikirnya?

"Tuan?"

Jaxton berdehem lalu membalikkan tubuh. Dia tersenyum tipis melihat kedatangan Andrew sang asisten.

"Ke ruang kerja!"

Tak perlu dua kali perintah. Andrew mengangguk paham lalu mengekori tuannya di belakang.

Begitu pintu tertutup rapat dan keduanya sudah duduk berhadapan. Jaxton fokus sebentar terhadap berkas-berkas di meja.

"Menurut saya tanah itu sangat strategis jika dibangun toko roti. Saya yakin akan banyak pelanggan membeli," ujar Andrew mengomentari berkas yang dibaca Jaxton.

"Kamu benar. Saya harap dengan waktu dua hari kamu bisa bernegeoisasi dengan pemilik tanah, Andrew!" Perintah Jaxton mutlak.

Pria berusia 38 tahun itu mengangguk tegas. "Siap, Tuan."

"Dan jangan sampai kamu melupakan tentang pengawasan mertua saya. Jika benar ada yang tidak beres kamu langsung beri peringatan bagi mereka yang sudah menyulitkannya."

***

Malamnya, Sashi turun ke lantai satu menuju ruang makan. Kali ini gadis itu mengenakan kaus kedodoran bergambar tengkorak, sedangkan bawahan memakai hotpants sobek-sobek.

Begitu sampai di meja makan sudah ada Jaxton yang menatap Sashi datar. Dilihat seperti itu, Sashi merasa risih.

"Kenapa, Om?" tanya Sashi ketika sudah duduk berhadapan dengan Jaxton.

Tak ada jawaban. Pria dengan penampilan santai itu hanya memalingkan wajah. Tidak beberapa lama pelayan rumah menghidangkan aneka jenis makanan kemeja.

Jika bi Rani kebagian membawa segala jenis sayur dan lauk pauk. Untuk bi Siti sendiri membawa makanan penutup.

Keduanya pun makan dengan keadaan hening dan tenang. Namun, tetap saja ketika Jaxton menyuapkan potongan daging ke mulut matanya selalu menatap datar Sashi. Merasa sudah tidak tahan, Sashi dengan berani menaruh sendok dan garpunya.

Dia balik menatap lalu berkata, "Om aku risih loh dilihat terus. Ada apa sih?"

Sontak Jaxton berdehem, dia tak menyangka Sashi akan sefrontal itu menegurnya. Dia pun memilih menjawab, sebab ada yang mengganggu penglihatannya.

"Saya terganggu dengan pakaian kamu."

Mendengar itu, netra Sashi menyipit. "Terganggu tapi kok dilihat terus."

Cibiran Sashi membuat Jaxton mati kutu. Sejujurnya pria itu merasa gerah saat kaus yang dikenakan Sashi melorot hingga memperlihatkan bahu mulus gadis itu. Alhasil dia kurang fokus. Belum lagi leher jenjangnya. Begini-begini Jaxton pria normal jika dihadapkan pemandangan menggiurkan.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang