Jaxton keluar dari kamar mandi dengan penampilan sudah rapi dan segar. Pria itu mengerutkan dahi ketika tidak mendapati Sashi di kamar. Namun, begitu melihat pintu balkon terbuka. Pria itu meyakini jika Sashi sedang di sana.
"Sedang apa?"
Sashi terlonjak mendengar suara om suaminya. Dia berusaha memasang wajah biasa agar Jaxton tak mengetahui pesan apa yang dikirim mantan pacarnya.
Dengan seulas senyum singkat. Sashi berdiri sembari menatap Jaxton terang-terangan. "Om udah mau berangkat?"
Netra Jaxton menyipit saat Sashi berusaha mengalihkan pembicaraan. Akan tetapi, dia berusaha tenang tidak ingin memaksa Sashi.
"Ya, sebentar lagi saya dan Andrew akan berangkat. Kamu tidak apa-apa sendiri kan?" Jaxton menatap lurus ke arah wajah cantik gadis dengan penampilan anak muda di depan.
"Nggak apa-apa. Yang penting nanti malam Om temenin aku jalan-jalan."
"Kalau begitu saya berangkat. Jika kamu lapar atau bosan. Kamu bisa hubungi nomor ini. Mereka dengan senang hati akan melayani." Jaxton mengulurkan secarik kertas berisi deretan nomor.
"Nomor staff hotel kan ini?" tanya Sashi sambil memegang kertas itu.
Jaxton mengangguk. "Tapi dia staff khusus yang sudah saya bayar untuk mengurus keperluan kita di sini."
Sashi manggut-manggut mendengarnya. Sejenak dia terlihat berpikir, tak lama dia mengucapkan sebuah kalimat sebelum Jaxton keluar dari kamarnya.
"Klien Om cewek atau cowok? Terus mau meeting di mana?" Tanpa sadar Sashi terlihat ceriwis saat berbicara.
"Dua-duanya, Sashi. Saya akan meeting dengan beberapa orang. Tidak hanya satu klien. Mengenai tempat, di restoran yang tidak jauh dari hotel ini."
"Oh, oke."
Jaxton tersenyum tipis melihat raut wajah lega Sashi. "Tetap di area hotel. Jangan pergi sendiri apalagi jauh-jauh dari sini."
"Iya, Om. Udah sana berangkat ntar telat." Sashi sedikit mengibaskan tangan kanannya di udara.
Pria dengan jas navy melihat jam yang melingkar di tangan. Dan benar sebentar lagi dia telat.
"Baiklah. Saya berangkat. Ingat perkataan saya tadi." Jaxton mengusap lembut pipi Sashi sebelum melenggang pergi.
Saat Jaxton sudah keluar dari kamar. Sashi memegang pipinya yang tadi diusap sekilas oleh sang suami. Dia tersenyum lega lalu kembali masuk ke dalam kamar. Tak lupa gadis itu menutup pintu balkonnya.
***
Sudah hampir tiga jam Jaxton dan sang asisten meeting bersama para klien. Di ranjang hotel, terlihat seorang gadis sedang menikmati makan siangnya. Walau sedikit bosan karena sendirian. Sashi berusaha menikmati semua fasilitas yang tersedia di sini. Kali ini biarkan dia melupakan sejenak mengenai pesan dari Jerry.
Tidak lupa sebelum menyantap makanan, terlebih dahulu Sashi mandi dan berganti pakaian. Dia mengenakan gaun biru muda santai. Rambutnya dia kucir kuda. Berhubung cuaca terasa panas sekali, jadilah rambut panjang lurusnya ditata dengan rapi agar tidak membuatnya risih dan gerah.
Selesai menghabiskan sepiring bebek peking. Gadis itu bersiap keluar hendak mencari angin. Namun, deringan ponsel membuatnya mengurungkan niat. Sedikit menggerutu, Sashi mengambil ponsel di dompet.
Tertera nama sang ayah di layar kaca. Sashi langsung tersenyum lebar. Tanpa ragu dia langsung mengangkat panggilan telepon.
"Hallo, Yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.