Sebagai pemimpin tertinggi di PT Citra Hando Foods. Jaxton harus memastikan semua barang yang dihasilkan memuaskan konsumen dan aman dikonsumsi. Selain itu, perusahaan juga membutuhkan brand ambassador untuk mempromosikan semua hasil pangan yang dihasilkan.
Bukan tanpa alasan Jaxton datang ke Palembang. Selain untuk bekerja sama, pria itu juga akan bertemu salah seorang public figur di daerah setempat agar menjadi anggota brand ambassadornya.
Namun, sangat disayangkan ketika meeting, pihak klien tidak bisa bekerja secara profesional dan membuat suasana meeting menjadi kacau. Selesai memberi tahu semua permasalahan kepada sang istri. Jaxton berharap gadis itu mau membantu masalah ini.
"Terus aku harus bantu apa, Om? Kan yang salah cewek itu. Ya, Om batalkan aja kerja samanya gitu kok repot."
Jaxton menghela napas, sejak pulang dari meeting dia belum ada mengisi perut sama sekali. Alhasil dia kelaparan dan sedikit kurang fokus untuk menghadapi permasalahan.
"Tidak semudah yang kamu pikir, Sashi. Wanita itu sangat licik dan terobsesi. Saya tidak mau mereka menyebarkan video itu. Jika sampai media meliput, banyak klien bisa beranggapan jika saya pria nakal tidak bermoral dan berakhir batalnya semua kerja sama."
"Emang kejadiannya parah banget?" tanya Sashi sekali lagi.
Jaxton mengangguk. "Dia tiba-tiba memasang wajah tersiksa, bertingkah aneh seolah-olah saya memaksanya."
"Eh, kok bisa. Om kurang gercep nih menghadapi cewek modelan gitu. Harusnya dorong aja nggak usah dipegang."
"Saya tidak bisa memikirkan apa-apa selain kaget melihat dia seperti orang kesurupan. Dan ternyata diam-diam manajernya sedang merekam."
Seakan bingung dan sedikit lucu menurut gadis itu. Sashi mencoba untuk tidak menertawakan. "Om, gini deh kenapa harus takut kalau Om sendiri merasa nggak bersalah."
Jaxton berdehem. "Sayangnya saat itu saya tidak sengaja memegang tubuh bagian depan wanita itu. Saya merasa menyesal dan seperti pria tidak bermoral."
"Ada-ada aja perasaan. Terus kalo nanti beritanya diliput media. Sashi harus bantu apa?"
"Katakan jika itu hanya kesalahpahaman. Dan juga kamu harus mau go public mengenai hubungan kita."
"Maksudnya kita mengaku kalau udah menikah gitu?" kaget gadis itu.
"Ya, dengan adanya fakta kita menikah. Saya rasa masyarakat akan percaya jika kejadian itu tidaklah benar."
"Kenapa Om nggak cari bukti lain? Atau datangin aja mereka. Bicarakan dengan kepala dingin misalnya."
Sashi merutuk dalam hati karena malah berkata seperti itu. Seharusnya dia senang bisa go public dengan begitu, dia mempunyai banyak peluang untuk mempertahankan pernikahan.
"Berunding? Sepertinya mustahil."
"Kenapa gitu?" Heran Sashi.
"Karena dia mantan adik kelas saat saya berkuliah. Sedari dulu wanita itu sangat terobsesi menginginkan saya."
"Hah! Yang bener, Om?" Sashi melongo sejadi-jadinya.
"Ini semua kelalaian Andrew. Andaikan dia teliti saat mencari informasi mengenai wanita itu." keluh Jaxton tidak lagi menahan diri dari rasa kesal.
"Namanya beda gitu ya, Om. Makanya nggak kenal?" tebak gadis itu.
"Dia memakai nama panggung bukan nama asli."
"Sabar ya, Om."
"Hem."
Hari pertama meeting di Palembang untuk pertama kalinya Jaxton mendapat klien yang sangat-sangat menyebalkan sekaligus merugikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.