"Jaxton mana?" Sonia masuk ke rumah setelah ART membuka pintu utama.
Bi Siti berdiri sungkan. Pasalnya kedua majikannya belum ada tanda-tanda keluar dari kamar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Sepertinya baik Jaxton dan Sashi akan bangun sangat telat sekali.
"Anu masih tidur kayaknya."
"Sashi juga?"
Bi Siti mengangguk mengiyakan.
Sontak Sonia berdecak, bagaimana bisa kedua insan tidur nyaman padahal pagi ini ada janji fitting baju di butik langganan.
"Bangunkan mereka. Bilang saya sudah datang."
"Baik, Bu Sonia."
Sembari menunggu anak menantunya turun. Sonia melesat ke dapur. Pagi seperti ini dia harus minum hangat-hangat terlebih dahulu.
"Eh, ada Bu Sonia." Bi Rani yang lagi mencuci wajan menunduk sopan.
"Saya mau buat teh."
"Oh di sini teh sama gulanya." Sigap bi Rani menunjukkan tempat toples kecil berisi barang-barang printilan dapur.
Sonia mengangguk selanjutnya dia mengambil cangkir dan sendok. Selebihnya wanita paruh baya itu sibuk menyeduh teh hangat tanpa gula terkhusus untuk dirinya.
Di lantai atas, Bi Siti mengetuk pintu coklat jati berulang kali. Namun, sampai mulutnya berbusa memanggil-manggil tak ada juga sahutan dari dalam sana.
Bi Siti pun gelisah sendiri. Menahan rasa sungkan, dia menggedor kencang pintu itu. Lebih baik terkena semprotan Sashi ketimbang si nyonya besar sama saja uji nyali.
"Iya, sebentar!"
Bi Siti menghela napas lega begitu mendengar sahutan dari dalam sana. Tak lama terdengar pintu terbuka.
Tampak Sashi menguap dengan penampilan berantakan. Wajahnya kusut dan matanya masih sedikit terpejam.
"Non, di bawah ada bu Sonia."
Spontan mata Sashi terbuka lebar. Kantuk yang tadinya mendera seketika hilang.
"Siapa, Bi?" tanya Sashi memastikan mana tahu dia salah dengar.
"Itu ada bu Sonia di bawah."
Wajah Sashi langsung panik, dia bergerak gelisah. "Kalau gitu aku mandi dulu, Bi."
Bi Siti mengangguk. Dia menggeleng pelan saat pintu kamar tertutup kencang. Sudah pasti di dalam terjadi huru-hara mengejutkan.
Di dalam kamar, perempuan dengan rambut dicepol asal sibuk membangunkan om suami. Teriakan dan bunyi berisik mengusik ketenangan Jaxton.
"Om bangun. Udah siang, ada mama itu di bawah." Sashi berteriak sambil membuka tirai jendela agar ruangan yang gelap menjadi terang. Dan benar perlahan sinar matahari menyelusup dari celah-celah lubang.
Jaxton yang tadinya terlelap akhirnya mengerjabkan mata setelah suara berisik mengganggu tidurnya. Dia menyipitkan mata saat cahaya terang memasuki retina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.