Pergerakan Jaxton yang tidak seperti biasa bahkan terkesan pendiam semenjak perbincangan kemarin malam dengan Damar membuat Sashi curiga. Ini bukan om suaminya seperti biasa.
Karena penasaran tingkat dewa, dia mencoba mengetuk ruang kerja suaminya. Namun, baru satu ketukan Jaxton langsung memerintahkan Andrew untuk mengusir keberadaannya. Merasa tak terima, Sashi semakin menggedor kencang pintu coklat itu.
"Maaf, Nona. Tuan sedang tidak ingin diganggu. Saya mohon pengertiannya." Andrew berkata datar.
Sashi berdecak dan bersedekap dada. "Aku curiga kalian sedang ngerencanain sesuatu. Iya kan?"
Pria berkemeja biru yang dilapisi jas hitam menggeleng tegas. "Tidak, Nona. Sepengamat saya Tuan Jaxton benar-benar dalam kondisi tidak baik-baik saja."
Tidak baik bagaimana? Sashi yakin semua itu berawal dari percakapan Jaxton dengan ayahnya. Tidak ingin dibuat mati penasaran bergegas Sashi mengambil ponsel di kamar. Dia akan menelepon Damar.
"Ayah jawab jujur semalam ngomong apa aja sama om Jaxton?" Tanpa basa-basi gadis itu mencerca sang ayah.
Di seberang, Damar yang sedang curi-curi waktu untuk mengangkat panggilan dari anak gadisnya dibuat terkejut akan ucapan Sashi.
"Coba pelan-pelan ngomongnya, Sashi. Ayah lagi kerja loh ini."
Sashi berdecak lalu mengusap wajahnya kasar. "Ayah semalam ngomong apa aja sama om Jax?"
"Ya ngomong biasa antara mertua dan menantunya. Kenapa memangnya?"
Mendengar ayahnya malah balik bertanya. Sejenak Sashi mengatupkan mulutnya. Dia tidak boleh gegabah memberitahu masalah ini kepada sang ayah.
"Sashi cuma penasaran aja sih?" jawabnya pelan.
"Yakin? Ayah curiga kalian ada apa-apanya? Nggak seperti biasa kamu marah-marah gini."
Gadis itu menggigit bibir bawahnya resah. Dia bingung menjawab apa. Takut jika salah akan berakhir panjang nantinya.
"Pokoknya Sashi cuma penasaran nggak ada maksud apa-apa. Ya udah Ayah semangat kerjanya. Aku matiin ya."
Belum sempat Damar menyahut, Sashi sudah dulu mematikan sambungan telepon. Dengan berat hati dia harus menunggu agar om suami siap menenangkan diri. Barulah nanti setelah itu dia bisa bertanya mengenai apa yang terjadi.
***
Di tempat lain, Jaxton sedang merenung di ruang kerja. Tatapan matanya fokus pada layar laptop yang menampilkan foto kekasihnya Swara. Wanita itu terlihat cantik dan anggun sejak pertama kali berjumpa.
Otak Jaxton kembali memutar memori awal mulai jatuh cinta pada Swara. Wanita cerdas tapi selalu suka bertingkah manja. Tidak heran jika diusia 30 Swara kukuh melanjutkan study nya.
Jaxton menghela napas, tidak seharusnya dia memikirkan ucapan Damar kemarin malam. Sudah menjadi konsekuensi Sashi karena menerima pernikahan ini. Cukup sudah dia selalu mengasihani gadis itu. Pernikahan tetap berakhir saat sudah berjalan satu tahun. Rencananya tak boleh goyah hanya karena permintaan ayah Sashi. Walau nantinya dia berakhir dicap pria pengecut dan buruk sekali.
Sekali lagi Jaxton menarik napas panjang. Dengan tekad kuat dia menghubungi Swara melalui laptopnya. Kali ini biarkan dia saling merindu dengan Swara. Panggilan video call sedang berlangsung tak butuh waktu lama tampak di layar muncul wajah kekasihnya.
"Hai, Sayang. Kok wajahnya gitu. Ayo senyum dong," Swara terlihat bersemangat sekali membuka percakapan mereka.
Tanpa sadar Jaxton tersenyum menanggapi ucapan Swara. Kekasihnya itu tampak segar seperti habis mandi. Oh tentu saja di sana pasti sudah pukul lima pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.