Part 24

19.4K 1.1K 6
                                    

"Saya tidak bisa menemani kamu ke rumah mama. Tidak apa-apa kan berangkat sendiri bersama sopir?" ujar Jaxton sedang menyantap makanan ketika pagi telah menyapa dengan sinar mentari hangatnya.

"Memangnya Om langsung berangkat ke kantor?" tanya gadis dengan model rambut sebahu. Dia telah memangkas sebagian rambut lurusnya di salon ternama. Meski tampak lebih pendek akan tetapi, Sashi semakin terlihat  fresh dan muda seperti anak ABG lainnya.

Ngomong-ngomong kapan gadis itu perginya? Kemarin setelah menelepon Dara, Sashi langsung pergi ke salon demi mempercantik diri. Semua itu juga karena ingin meredam gejolak di dada akibat ucapan menyakitkan dari suaminya.

"Terus nanti kalau aku ditanya macem-macem sama mama Sonia gimana? Kan Om tahu sendiri aku baru dua kali ketemu mama," lanjut Sashi memajukan bibir tipisnya.

Mendengar keluhan Sashi, secepatnya Jaxton meneguk sisa air putih di gelasnya. Setelah tandas barulah dia menjawab gadis di hadapannya. "Mama tidak akan seperti itu. Saya yakin mama justru menyayangi kamu. Tidak mungkin mama akan menyakitimu."

Jawaban Jaxton terkesan dibuat-buat dan Sashi memutar bola mata sebagai tanggapan. "Iya deh terserah Om aja. Yang penting nanti kalau udah pulang langsung susul Sashi."

Jaxton mengangguk tanpa menjawab. Kini pria itu sudah berdiri hendak berangkat ke kantor melanjutkan meeting dengan klien nya yang bernama Amanda Riana.

"Saya berangkat. Nanti setelah sampai di rumah mama jangan lupa kabarin saya."

"Iya," sahut gadis itu malas.

Sepeninggal Jaxton pergi, Sashi sendiri langsung menghela napas panjang. Netranya mengedar ke penjuru ruangan. Benar-benar sepi sekali. Bi Siti dan bi Rani juga sudah pasti sibuk di belakang. Sashi meringis mengingat dirinya sendiri yang menjadi pengangguran.

Haruskah dia mencari kesibukan dari sekarang? Tapi Sashi bingung harus bekerja seperti apa. Secara dia tidak memiliki keahlian selain rebahan. Merasa pusing karena terus memikirkan kesejahteraan hidupnya. Sashi segera bangkit dari kursi lalu membawa tumpukan piring kotor untuk dicuci.

Tiba di dapur ternyata ada bi Rani sedang mengelap kompor. Wanita berusia 40 tahun itu bergegas mengambil alih piring-piring yang dibawa Sashi.

Sontak gadis itu berdecak. "Ya ampun Bi senangnya main serobot aja."

Bi Rani menyengir. "Daripada nanti pecah lagi kayak kemarin, Non. Lebih baik dicegah kan."

Mendengar asisten rumah tangganya meledek terang-terangan. Sashi spontan tersenyum malu. Dia masih ingat kejadian kemarin sore. Sok-sokan ingin cuci piring tapi berakhir rusuh dan berantakan sekali di wastafel. Selain banyak busa dan air terciprat di mana-mana sangat jelas dua piring pecah menambah kadar kericuhannya

Mengetahui ketidakbecusan sebagai seorang wanita. Tentu saja, Sashi sangat malu dan merasa sungkan sebab, telah menambahi pekerjaan untuk kedua asisten rumah tangganya. Akhirnya Sashi pasrah tidak lagi mencuci piring jika tidak ingin kejadian itu terulang kembali.

"Oh iya Bibi lupa mau kasih tau. Itu oleh-oleh buat Bu Sonia sudah saya susun di paper bag," kata bi Rani memberi informasi.

"Semua udah dimasukkan nggak ada yang ketinggalan?" tanya gadis itu memastikan.

Bi Rani mengangguk meski dia fokus menyabuni piring-piring kotor. "Cuma pempek, lempok durian, bolu suri, kemplang bakar itu aja kan, Non."

"Iya. Siplah kalo gitu aku mau siap-siap dulu. Oh iya sekalian nanti Bibi bilang sama pak Arif suruh siap-siap anterin aku."

"Baik, Non."

Bergegas Sashi melenggang menuju lantai atas. Berhubung dia sudah mandi jadinya dia cukup berganti pakaian dan make up sebentar agar penampilannya enak dipandang.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang