Jaxton memakirkan kendaraan di sebuah parkiran restoran terkenal di pinggiran sungai musi. Restoran dengan bangunan utama sebuah kapal besar. Kabarnya tempat ini berada di sebuah kapal besar bekas yang disulap menjadi restoran elegan berlantai dua. Bernama Riverside Restaurant.
Sesudah turun dari dalam mobil. Sashi dibuat tercengang dengan pemandangan sekitar restoran ini. Dia berulang kali berdecak kagum. Ditambah spot tempatnya berada di pinggir sungai musi dan dapat melihat pemandangan jembatan Ampera sangat jelas.
"Om, ini kita udah reservasi belum? Rame banget ini soalnya." Jelas ramai pengunjung karena saat ini jam-jamnya makan siang.
"Sudah tadi pagi." Jaxton menjawab ketika berjalan menuju ke dalam restoran.
"Eh, cepet banget." Sashi tentu saja terkejut ternyata suaminya gercep sekali.
Sesampainya di dalam restoran, mereka di sambut oleh seorang pria bersetelan rapi mungkin manajer restoran ini. Keduanya digiring menuju meja outdoor.
Tiba di meja kosong bertambah pula rasa bahagia Sashi. Saat ini dia benar-benar menikmati pemandangan jembatan ampera secara jelas. Belum lagi semilir angin yang terasa sejuk meski udara sedikit gerah. Maklum sudah waktunya makan siang ini.
"Mau pesan apa?" Jaxton menyerahkan sebuah buku menu ke arah istri kecilnya.
Sashi langsung memusatkan pandangan pada buku itu. Terlihat jelas dia sedang meneliti menu makanan apa saja yang tersedia. Begitu membaca deretan ada menu pempek seketika senyumnya melebar.
"Om, mau pempek dong." Sashi berkata dengan netra berbinar ceria.
Jaxton mengangguk seraya tersenyum kecil. "Pesan sebanyak apa yang kamu mau. Selagi kita masih di sini."
"Aku yakin kalau malam pemandangan di sini lebih cantik. Kenapa nggak malam aja kita datang ke sini sih, Om." Sashi berceloteh sembari membaca deretan menu di buku.
Jaxton diam saja tidak menjawab. Dia sudah fokus membuka ponsel sekadar mengecek jika ada pesan penting.
"Sudah yakin mau pesan apa?" tanya pria itu sembari menaruh ponsel ke meja. Dan dijawab anggukan oleh gadis itu.
Tak lama, Jaxton melambaikan tangan pada pramusaji. Sesampainya pelayan datang, Sashi segera memasang wajah tersenyum lebar.
"Mau pesan apa, Pak, Bu?" tanya pramusaji itu sopan dan tersenyum.
Sashi langsung menjawab. "Aku mau pindang ikan patin, ikan seluang goreng, pempek kapal selam dan minumnya lemon tea."
"Baik, untuk bapak sendiri?" tanya pramusaji seraya mencatat.
"Saya pindang udang satang, soup tom yam gung, salad buah segar dan minumnya kopi serta lemon tea."
Pramusaji tersebut mengangguk. Selesai mencatat semua menu dia tersenyum untuk segera berpamitan. "Baik, terima kasih. Mohon ditunggu sebentar sampai makanan selesai dihidangkan Pak, Bu. Saya permisi."
Jaxton mengangguk sedangkan Sashi ikut menjawab terima kasih kembali. Sepeninggal pramusaji, Sashi sudah memusatkan pandangan pada hiruk pikuk lalu lalang di jembatan ampera.
Seumur hidup tidak menyangka akan datang ke sini sambil menikmati pemandangan luar biasa. Dia tidak bosan tersenyum sendiri.
"Makasih ya, Om. Aku bener-bener nggak nyangka bisa ke sini. Padahal dulu cuma bisa ngayal aja."
"Sudah menjadi rezeki kamu, Sashi. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Saya hanya perantara, Tuhan yang menakdirkannya."
Gadis dengan gaun hijau zamrud tanpa sungkan memberi senyum ke arah pria itu. Jaxton benar semua takdir tidak bisa terelakkan. Seperti dirinya nanti, entah pernikahan mereka berakhir bersama atau berpisah, Sashi hanya bisa berusaha hasil akhir Tuhan yang menentukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.