Part 38

30.1K 1K 31
                                    

"Sebelum Sashi pulang. Ada yang mau aku dan om Jax obrolin, Yah."

Seketika Damar menatap serius. Pria itu mengangguk pelan.

"Em, aku sama om Jax punya keinginan setelah kami resepsi nanti. Ayah sama bi Darmi tinggal bareng kami. Mau ya, Ayah."

Spontan Damar menatap Jaxton yang tersenyum tulus. "Ini kalian yakin?"

"Sangat yakin, Ayah. Sebenarnya ini keinginan saya dari lama. Tapi baru bisa diobrolin sekarang saja."

Ada perasaan bimbang mendera batin Damar. Bukan karena tak mau, tapi Damar tak ingin putrinya dicap buruk oleh keluarga Jaxton jika dia ikut pindah ke sana. Lebih baik tinggal di sini aman sentosa.

Seolah mengetahui kebimbangan Damar. Jaxton menghela napas pelan. "Ayah tidak perlu khawatir. Saat ini saya hanya tidak ingin Sashi setiap detik menahan rindu. Saya juga tidak ingin Sashi datang sendirian ke sini. Bukan karena tidak mau menemani. Namun, terkadang pekerjaan saya suka tidak bisa ditinggali."

Damar paham mengenai itu. Lagian Jaxton seorang pemimpin perusahaan pasti kesibukan selalu datang. Baiklah jika memang  ini demi putrinya. Damar bisa apa. Kalaupun ada yang menghina, dia tidak akan tinggal diam saja.

"Baiklah. Ayah dan bi Darmi setuju."

Sontak Sashi memekik girang. Akhirnya gadis itu tidak berjauhan lagi dengan ayahnya. Juga bi Darmi Mbok kesayangannya.

"Makasih, Ayah." Mata Sashi memanas saat mengatakannya.

Damar tersenyum tipis sambil menggenggam jemari putrinya.

Berhubung hari beranjak siang dan Jaxton akan berangkat ke kantor. Keduanya pun langsung berpamitan.

Namun, sebelum ke kantor terlebih dahulu pak Ali mengantar Sashi pulang. Hampir satu jam perjalanan. Sashi turun dari mobil setelah tiba di depan pintu gerbang.

Gadis itu menyalami Jaxton sebelum masuk ke pekarangan.

"Semangat kerjanya ya, Om."

"Makasih, Sayang."

Mendengar kata sayang untuk pertama kali. Pipi Sashi bersemu merah jambu seketika. Jantungnya juga berdegup sangat kencang. Ah, mimpi apa semalam.

Karena tidak ingin dianggap gila senyum-senyum di luar gerbang. Sashi langsung masuk setelah gerbang dibuka oleh satpam.

Dan selama Sashi memasuki rumah. Kedua ART terheran-heran sebab, nonanya sangat kegirangan.

Hingga tiba di lantai atas. Sashi menjatuhkan badan di ranjang. Dia memegang pipinya yang memanas. Astaga, deg-degannya belum usai juga.

Baru dibilang sayang saja, dia seolah  orang tidak waras. Bagaimana nanti saat malam pertama. Jangan bilang dia sampai pingsan. Malu-maluin itu namanya.

Hah. Jatuh cinta memang tak terduga.

***

Dua hari kemudian. Dan malam sebelum hari pernikahan datang. Di kediaman rumah Jaxton telah terjadi keributan. Semua bermula saat Sashi sedang sibuk lesehan di ruang santai. Entah apa yang terjadi tiba-tiba Jerry datang lalu memeluknya erat.

Tentunya karena kaget dan ketakutan Sashi menjerit kencang. Alhasil teriakannya itu mengundang banyak orang. Baik para ART juga satpam tak bisa menengahi sebab, kali ini Jerry terlihat menyeramkan.

Baru setelah Jaxton turun sehabis mandi. Mereka bisa dipisahkan karena suami Sashi telanjur berang.

"Apa kamu tidak waras, Jerry?"

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang