Part 31

24.6K 1.2K 12
                                    

"Saya belum melamarnya dengan baik." Sesal Jaxton memejamkan mata lelah.

"Dengan adanya kesempatan kedua ini. Anda bisa mewujudkannya, Tuan," sahut Andrew menyemangati.

Kesempatan kedua? Ah, benar kesimpulan kemarin malam, istrinya akan bertahan asal dirinya melupakan Swara. Tentu, setelah berpikir secara matang, dia akan mengabulkan keinginan gadis itu.

Lagi pula kalaupun nantinya berpisah tetap saja percuma. Orang tua Jaxton tidak akan pernah menerima Swara menjadi istrinya. Jalan satu-satunya, dia harus memutuskan hubungan dengan Swara secepatnya.

"Andrew."

"Ya, Tuan."

"Haruskah saya datang ke Perancis untuk menyelesaikan?"

Mendengar itu, Andrew menelan saliva. "Lebih baik jangan, Tuan. Akan sangat rumit jika Anda datang ke sana."

"Lalu saya memutuskan Swara lewat ponsel saja begitu menurutmu?"

Andrew terdiam kaku.

"Saya merasa pria pecundang jika memutuskan hubungan lewat online." Jaxton menghela napas panjang.

"Pecundang tidaknya tergantung siapa yang memandang, Tuan. Justru dengan Anda tidak datang, itu sangat bagus mampu mengindar dari drama menyebalkan. Anda pasti paham bukan?"

Pencerahan dari sang asisten membuka mata hati pria itu. Jaxton tersenyum tipis. "Kamu benar."

"Apakah kita langsung pulang, Tuan?"

"Ya. Tapi terlebih dahulu kita mampir ke pedagang bakso."

"Tumben. Apa nona Sashi yang menginginkan?" tanya Andrew penasaran.

Jaxton mengulas senyum membayangkan raut wajah Sashi tadi. Raut menggemaskan ingin minta dibelikan makanan pedas nan berkuah.

"Istri saya hanya ingin menyegarkan pikiran dengan cara makan-makanan pedas, Andrew."

"Ah, baiklah. Mari kita cari, Tuan." Andrew mengulum senyum. Dia merasa lega, akhirnya sang tuan memilih bertahan ketimbang bercerai. Dan Andrew yakin inilah pilihan yang benar dan mampu membuat kedua majikannya bahagia.

***

Berbeda dengan Jaxton yang masih saja kepikiran mengenai permasalahan. Sashi justru terlihat riang duduk di sofa menunggu kedatangan suaminya.

Ah, suami? Kali ini dia merasa lega tidak ada beban lagi yang menghimpitnya. Bagaimana tidak? Om suaminya itu telah memutuskan untuk bertahan dan melupakan pacarnya.

Sebagai gadis sederhana, tentunya Sashi bangga akhirnya bisa menaklukkan pria berkharisma seperti suaminya. Dia yakin jikalau benar-benar berpisah nanti, Sashi tidak bisa lagi mendapat pria setajir suaminya. Malah bisa jadi dia menjomlo selamanya.

Omong-omong mengenai jomlo. Tadi malam jika tidak salah dengar. Safira berkata jika Jerry tak lagi bermain-main dengan pacarnya. Anehnya lagi, Jerry sering berada di rumah bahkan mengurung diri di kamar. Dengar-dengar lagi pemuda itu sedang dilanda frustrasi.

Sashi bergidik ngeri. Jangan sampai, keponakan om suami masih ada rasa padanya. Atau masih suka mengganggunya. Jujur Sashi malah ingin damai saja. Toh, percuma saling membenci tidak ada gunanya juga.

Berhubung ini hari kemenangannya. Sashi berdecak lalu berusaha mengabaikan yang namanya sang mantan pacar. Lebih baik dia ke dapur dan menyiapkan peralatan untuk makan bakso yang sudah di pesan.

Dengan dibantu bi Siti, peralatan makan seperti mangkuk, sendok, dan gelas akhirnya telah tertata rapi di meja. Kini tinggal dirinya menunggu kedatangan suaminya.

Spontaneous Wedding [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang