"Aku pasti bakal kangen banget sama kamu," ungkap Swara memeluk Jaxton dengan erat ketika mereka masih berada di dalam mobil.
"Jaga diri baik-baik." Jaxton berkata sambil membelai bahu wanita itu.
Saat ini keduanya masih berada di parkiran. Tampak hilir mudik kendaraan masuk maupun keluar dari wilayah bandara. Semburat senja tampak malu-malu menyinarkan jingganya.
Sesudah melepas pelukan. Swara membuka pintu mobil. Namun, netranya tampak tak rela harus berpisah kembali dengan Jaxton.
Di kursi kemudi, pria itu hanya tersenyum tipis sembari mengelus lengan Swara. Meski terkadang kekasihnya itu menyebalkan tak bisa dipungkiri jika wanita itu juga pernah membuatnya senang.
"Aku berangkat. Love you," lirih Swara melambaikan tangan. Tak butuh waktu lama mobil Jaxton meninggalkan wilayah parkiran bandara Internasional Soekarno Hatta.
Dengan kecepatan sedang mobil yang ditumpangi Jaxton membelah jalanan menuju di kediamannya. Meski sedikit macet tak membuat pria itu menyerah untuk bertemu dengan istri kecilnya. Membayangkan wajah merengut Sashi, dia justru merasa senang. Entah kenapa dia justru menyukai sifat blak-blakan gadis itu.
Mengenai sang kekasih tadi. Bukan tanpa alasan dia hanya bisa menemani sampai di parkiran. Baginya suasana keramaian di bandara menjadikannya pusat perhatian. Bisa-bisa keluarganya mengetahui jika Jaxton masih saja berhubungan dengan Swara. Dan untungnya kekasihnya itu tidak protes sama sekali. Mungkin Swara harus berpuas diri untuk kali ini.
Berbicara tentang Swara yang tiba-tiba datang tanpa memberi kabar. Jaxton curiga jika Jerry telah berkata yang tidak-tidak terhadap sang kekasih. Pasalnya, Swara bukan tipe wanita yang mau pulang pergi dengan singkat. Pasti ada apa-apanya dan dia harus mencari tahu apa motif keponakannya.
***
"Nona, Tuan sudah pulang." Bi Siti telah memberi kabar lewat telepon.
Di lantai atas, Sashi langsung membuka tirai jendela dan benar mobil om suaminya sudah memasuki gerbang. Tumben cepat tidak sampai malam batinnya heran.
Mendapati pria itu sudah keluar dari mobil dan bersiap hendak memasuki rumah. Cepat-cepat Sashi menyudahi aksi mengintipnya. Dia berusaha bersikap normal dan datar. Sashi tidak ingin Jaxton menjadi besar kepala jika dia marah-marah tidak jelas nantinya. Toh, Jaxton juga tidak berlama-lama dengan Swara.
"Melamun?"
Sashi tergagap begitu melihat suaminya sudah berdiri di hadapannya. Kapan pria itu masuk ke kamar?
Merasa harus berganti pakaian agar Sashi tidak mengomentari soal parfum menyengat. Jaxton pergi berlalu menuju ke walk in closet. Tentu saja Sashi yang melihat aksi Jaxton dibuat tertegun.
Apa mungkin om suaminya adalah pria terpeka? Buktinya dia tahu walau hanya sekali diberitahu. Oh, Sashi dibuat meleleh dan senang. Tapi tunggu dulu, dia tidak boleh melayang seakan diberi kebahagiaan. Bisa jadi itu adalah trik agar Sashi mau memaafkan tindakan Swara barusan.
Terkadang Sashi bingung. Sebenarnya pria seperti apa Jaxton itu? Jaxton bisa bersikap hangat dan perhatian ke semua orang. Jadi, akan banyak orang salah paham termasuk dirinya. Dan ini yang terkadang membuatnya terlena.
Beberapa saat kemudian, Sashi memperbaiki posisi duduknya setelah melihat Jaxton keluar dengan pakaian lengkap. Pria itu tampak segar dengan kaos putih polos dipadukan celana bahan hitam selutut. Wangi maskulin menguar di ruangan ketika Jaxton berjalan menuju ranjang.
"Belum mandi?" tanya Jaxton basa-basi.
Sashi menggeleng. Dia menatap terang-terangan ke arah pria tampan itu. Pandangannya seolah menelisik. Seakan-akan ada sebuah jejak yang akan ditinggalkan pacar Jaxton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontaneous Wedding [REPOST]
RomanceBalasan diputus secara sepihak adalah menikahi paman sang mantan pacar.